sawadee ka. semoga dilimpahi kesehatan.
*
"Apa kalian tidak merasa udaranya semakin dingin?" tanya Charlotte mengusap-usap lengan.
"Haahh, kupikir hanya karena efek tersiram air, ternyata kau juga sama."
Charlotte hanya mengangguk mendengar sahutan Aoom kemudian lanjut menyusuri tiap sisi dinding, berharap siapa tahu ada tanda-tanda keberadaan pintu. Meski secara kasat mata semua tampak sama, tersusun amat rapi persis satu dengan lainnya. Sang designer dan pekerja pasti bukan orang sembarangan.
"Sesuatu keluar dari atas," lontar Tina menunjuk ke langit-langit.
Seluruh pasang mata spontan menatap ke atas. Benarlah ada asap keluar dari celah-celah tiap lubang rantai sebagaimana air turun tadi. Asap itu turun lalu melebar mengisi ruangan perlahan, membuat semuanya menunggu ingin memastikan apa uap tersebut. Pembakaran? Tapi tidak membuat mereka pedih atau merasa sesak. Sebaliknya, hawa di ruangan kian dingin.
"Aahh, aku tahu. Ini berasal dari benda beku yang menyublim. Ck, namanya tidak ingat," hatur Meena mengulurkan tangan merasa dingin dari asap ini.
"Ohh, chai, chai. Hmmm..., akh, aku juga lupa."
"Nitrogen?" lontar Engfa ragu-ragu.
"Ya, ya, itu, nitrogen. Kalau terkena air apalagi air hangat dia akan cepat menyublim," sahut Meena menarik ritsleting sampai leher karena uap ini menghantarkan suhu dingin.
"Yang benar saja? Setelah direndam air kita dihujani hawa dingin? Apa dalang dari ini ingin kita mati membeku?" sentak Aoom menendang kuat borgol yang sedaritadi hanya tergeletak diam. "Mereka mau mengurung kita di ruangan es."
Engfa tiba-tiba tersentak usai mendengar ruangan es. Pikirannya terbang sejenak membuat dia sedikit menunduk sembari memegang pelipis.
"Tolonnggg!"
"Seseorang, tolonnnggg!"
"P'Fa, kau kenapa?" Charlotte memegang lengan Engfa, menyadari perubahan sikap seseorang yang pernah dan masih dia cintai. "Apa badanmu baik-baik saja?"
"Jangan khawatir, Nuu, hanya sedikit pusing," sahut Engfa berbohong, dia kembali tegak dan memaksa senyum. "Terima kasih sudah khawatir."
Charlotte mematuk pelan lalu menurunkan tangannya lagi. Dia berjalan ke arah Meena dan Aoom, berada di antara kedua sahabat membuat hati lebih tenang meski situasi tidak menunjukkan demikian.
Jhhuuussss! Semprotan uap begitu kencang barusan, seluruh awak tersentak dan mulai gelagapan. Beberapa tubuh kian merinding terutama Heidi, Charlotte, dan Aoom yang hanya memakai kemeja. Belum lagi bagian kepala hingga leher serta dada masih basah.
"Nong," panggil Meena meraih Aoom ke pelukan.
"Mengapa tidak ada petunjuk apapun? HEI, PALING TIDAK BERI ARAHAN ATAU APAPUN ITU! KAU SUNGGUH PSIKOPAT!" bentak Snack menunjuk ke speaker seakan itu adalah CCTV. "KELUAR KAU!"
"Nong Nack, mereka hanya permainkan kita, jangan terpancing! Semakin terbawa amarah pasti mereka semakin senang," tahan Pailiu memeluk Snack. "Dan ingat, kau masih terluka."
Dug! Engfa tak sengaja menabrak salah satu sisi aluminium ketika tak sengaja terinjak borgol. Dari sana beberapa hanya menoleh, tapi raut Meena dan Vanessa berubah seakan menyadari sesuatu.
"P'Fa, sisi mana yang kau tabrak tadi?" tanya Vanessa berjalan perlahan menghampiri Engfa.
Engfa melihat dua sisi yang tak sengaja ditabrak bersamaan, Meena dan Vanessa sontak mendatangi dan mengetuk keduanya bergantian. Bunyi dihasilkan berbeda, menunjukkan ada perbedaan massa di sana. Tekanan udara atau partikel lain. Meena memastikan lagi dengan mengetuknya lebih keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAND CUBE
FanfictionSembilan wanita dari kampus Grand College terperangkap di sebuah bangunan yang entah apa dan di mana. Mereka harus memecahkan misteri itu sendiri tanpa ada kisi-kisi selain daripada kelihaian mereka berpikir. Bisakah kesembilan wanita ini bebas? Sia...