Cube

431 21 0
                                    

sawadee ka, semoga kita selalu dilimpahi kesehatan.

*

"Meen...," panggil wanita bermata sipit si pemilik kamar sekeluar dari kamar mandi. "Meenaaaa," panggil dia lagi melempar tubuh ke sisi wanita lain seraya mengguncang lengan itu. "Kita akan terlambat mengikuti pengumuman. Cepat bangun!"

"Ngghhhh?" gumam wanita sekadar bersuara nyaris tak bergerak.

Aoom menarik selimut yang menutupi raga sang kekasih hingga hampir menutup wajah. "Bangun, Meen, aku tidak ingin terlambat ke pengumuman tahunan penting ini."

"Ehm?" gumam Meena masih memeluk boneka hiunya. Agak memaksa, dia setengah terbangun dan menoleh, menampakkan muka bantal tapi tidak menutupi keelokan kulit putih bersih dan berkulai. Bibir merah muda pun masih tampak sedikit berkilau. "Masih mengantuk, Nong."

"Siapa suruh kau menonton drama sampai tengah malam? Ayo, bangun!" Sedikit geram dan mengernyitkan dahi, dilayangkan pukulan ke bahu dan lengan sebelum kemudian menarik boneka ikan itu.

"Ehhmmm, 5 menit, Aoom, sungguh."

"Mai (tidak)!" tegas dia beranjak ke lemari meraih kemeja dan celana panjang coklat.

Wanita dipanggil Aoom memakai setelan pakaian yang diraih barusan sembari menggerutu karena hampir setiap Meena menginap, dia harus susah-payah membangunkan. Bukan lantaran berlatih atau apapun mengenai pendidikan melainkan tenggelam pada drama hingga larut bahkan dini. Tak heran ibu Meena mengaku rambutnya cepat memutih sampai harus undur diri dari tugas membangunkan sang putri. Sebagai ganti beliau memberikan tugas itu pada Aoom yang sudah akrab sejak lama.

"Meena!" ketus Aoom mendesis melihat waktu menunjukkan 07:35 pagi dan 25 menit lagi akan ada pengumuman acara tahunan. 

*

Di aula Grand Ladies College para mahasiswi mulai memadati hampir setiap sudut menghadap ke panggung merah. Terpasang spanduk bertuliskan Grand Competition 2024 di mana ada berbagai kategori yang bisa diikuti masing-masing fakultas. Mulai dari tarik suara, seni rupa, seni musik, fotografi, tari, hingga seni peran. Di mana masing-masing kategori akan diambil dua peserta untuk ikut ke Grand Talent Thailand bersaing dengan mahasiswa dari berbagai kampus. Setiap pemenang akan lanjut ke Grand World Champion.

"Haahhh hampir saja," desis Aoom terengah-engah setiba di sana usai berlarian sambil terus menggandeng Meena.

"Sudah kubilang, santai saja, Nong."

Aoom memutar bola mata kesal karena sikap enteng Meena. Dia bersiap membuka mulut dan hendak melayangkan kepalan, tapi terjeda seketika saat wanita berdarah Thailand - Iran mengusapkan tisu ke pelipis.

"Tidak usah buru-buru, kau jadi berkeringat."

"Ouhh oh oohhh, masih pagi dan sedang ramai, membuatku iri setiap saat."

Datang seorang wanita berambut hitam memiliki sepasang mata  bulat, salah satu sahabat Aoom dan Meena bernama Charlotte. Selain sama-sama berasal dari kota Chumpon, Charlotte dan Aoom berasal dari kelas seni teater hingga membuat mereka akrab dan bersaing secara sehat. 

"Nong Cha, kau datang-datang sudah berisik."

"Hei, itu mereka sudah datang. Huuuaaaa, mereka cantik sekali."

Dua wanita yang merupakan panitia kompetisi akhirnya naik ke panggung menarik seluruh pasang mata dan merapatkan barisan. Wanita kebangsaan Brazil, Isabella Menin, memakai kemeja biru merangkap blazer hitam dan celana jeans, menampakkan lekuk kaki dan pinggul indah. Bola mata lebar di atas hidung mancung serta kulit putih dan rambut coklat dikuncir kuda kian menunjukkan lekuk wajah lugas. Tepat di sisi Bella ada wanita blasteran China - Cambodia, Pich Votey Saravody atau lebih sering disapa Pichy. Dia memakai gaun biru muda yang memperlihatkan lekuk bahu. Helai-helai rambut hitam tergerai menutupi beberapa inchi pundak tersebut.

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang