hope you guys enjoy. thanks.
*
"Aoom, bangun!"
"Char, bangun!"
"Aoom!"
"Hahhh hah?" Aoom tersentak sadar merasakan guncangan dan tepukan di pundak. Merasa bibir juga pergelangan kaki begitu nyeri, dia lantas memaksa sepasang kelopak terangkat dan bangkit perlahan. Napas tersenggal-senggal sejurus mata membulat kosong menatap pot tanaman. Dia berusaha mencerna kejadian barusan dan menebarkan pandang. Bertanya di mana tubuhnya berada dan bersama siapa sekarang? "Heidi? Tina? Char?"
Walau masih bingung bercampur lemas, Heidi dan Tina tampak senang menemukan tubuh Aoom dan Charlotte tergeletak tak jauh dari lift, tempat di mana keduanya menjerit lalu menghilang.
"Kita di kampus?" heran Aoom sekali lagi menatap seisi ruangan tempat dia duduk, lorong kampus yang menghubungkan lift ke kolam renang. Bingung bercampur sakit di sekujur badan, dia berusaha bangkit tapi agak oleng. "Akh!"
"Ada apa dengan kakimu?" khawatir Tina ikut berdiri meraih lengan Aoom seraya mengalungkan tas ke leher wanita yang masih kebingungan memandang sana-sini.
"Di tantangan labirin," ujar Aoom mengambil selangkah lagi lebih dekat ke pintu kaca. "Ada peneror berusaha menyekap kami. Salah satunya menendang kakiku saat mau melawan."
"Kau harus dirawat."
"Tenang saja." Dia mengintip ke langit, sudah gelap, lampu di sekitar kolam juga telah menyala. Jemari buru-buru meraih sesuatu di dalam tas, ponsel bersilikon hitam dan terdapat inisial namanya. "Pukul 02:00 hari sabtu, berarti kita hanya melewati beberapa jam sejak mulai disandera. Jadi... jadi Meena dan lainnya juga pasti sudah kembali."
Aoom tak peduli bagaimana kondisi kaki, dia langsung memutar badan ingin menemui Meena yang diduga berada di ruang latihan di lantai tiga. Namun, Tina lebih dulu menghalangi dan meminta dia menghubungi Meena lewat seluler karena tak ingin ada yang berpencar dan berakhir di ruangan kubus berdinding aluminium lagi. Lagipun Charlotte baru sadar dan butuh sedikit waktu mencerna keadaan.
Drrttt!
"Meena!"
"Nong! Nong, kau di mana? Apa baik-baik saja? Aku tiba-tiba terbangun di pintu ruang latihan dan... Pai? Snack? Vanny? Kalian di sana? Heii!"
"Meena, bergabunglah dengan mereka, jangan berjalan sendirian!"
"Chai, chai, Nong, kau sendiri di sana bersama siapa?"
"Char, Heidi, dan Tina. Kita bertemu di..."
"Aula. Aku ada akses ke sana dan ada kotak obat."
"Oh, baiklah. Meena, kita bertemu di aula lantai 2."
Di koridor luar ruang audio, Engfa berjalan setengah berlari berbicara di telepon, nama Charlotte tertera di sana. Engfa bisa mendengar suara Charlotte masih lemah antara bingung dan ada sisa-sisa ketakutan. Heidi sontak mengambil alih dan meminta dia jangan ke mana-mana, biar Heidi bersama Tina menjemput ke sana lalu sama-sama kembali ke aula.
"Aku sudah di lift, tidak ada siapapun di sini. Tunggu saja di sana, apa yang lain sudah berkumpul?"
"Belum, hanya kami- ohh Meena, Snack, Pailiu, dan Vanessa terlihat dari ujung lorong. Mereka baru tiba dari lift belakang."
Ting!
"Syukurlah, tunggu aku sebentar lagi."
Tak lama kemudian mereka bersembilan sudah berkumpul di aula, Tina langsung mengunci ruang istirahat dari dalam. Dia juga mengeluarkan kotak obat untuk mengobati luka-luka mereka. Sambil mengobati satu sama lain, Aoom dan Snack bercerita saat-saat usai Pailiu dan Engfa berhasil dikalahkan. Sampai akhirnya Snack sadar kalau di kunci mereka telah dipoles atau disemprot obat bius hingga perlahan dia dan Aoom hilang kesadaran. Dan berkumpul di sini mereka sekarang secara lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAND CUBE
FanfictionSembilan wanita dari kampus Grand College terperangkap di sebuah bangunan yang entah apa dan di mana. Mereka harus memecahkan misteri itu sendiri tanpa ada kisi-kisi selain daripada kelihaian mereka berpikir. Bisakah kesembilan wanita ini bebas? Sia...