DOR!

141 16 14
                                    


"CHARLOTTE!" seru Aoom berlari ke teras disusul ketiga awak lain. 

Di ruang tamu mereka tak menemukan apapun selain buah-buahan dan kudapan yang tergeletak di meja makan. Keempat raga menyebar mencari ke setiap ruangan, pekarangan, dan dapur. Masih tidak ada kehidupan. Pandangan sontak tertuju ke tangga, satu-satunya jalan menuju lantai atas. Sesampai di tangga terakhir ditemukan ruang terbuka, ruang keluarga agaknya di antara dua kamar. 

"Berpencar lagi!" pinta Snack bersama Vanessa berlari ke kamar ujung. 

Sementara Engfa dan Aoom masuk ke kamar paling dekat tangga. Glek! Tak berbeda dengan Meena saat pertama kali masuk, mereka pun dibuat kaget melihat banyak wajah Aoom terpajang. Hanya Aoom dan segelintir terdapat Charlotte di sisinya. Kian terkejut lagi ada kubus kecil disanding pigora di meja. Kubus yang mereka temukan sebelum terbangun di kubus besar bak freezer. 

"Seharusnya Meena ada sini," lirih Aoom meraih pigora kecil, ada sobekan di sana. 

Kini Engfa paham mengapa Charlotte hanya memasang foto Aoom di apartemennya. Ternyata bukan semata-mata pertemanan belaka tapi ada cinta atau obsesi di balik itu. Sementara foto Meena pasti hanya alibi agar tidak mengundang curiga pasangan kekasih tersebut saat bertandang. 

"Charlotte!"

Suara Vanessa menyentak Aoom dan Engfa, membuat mereka keluar. Tampak Snack dan Vanessa berdiri di bibir ruang keluarga menghadap ke dalam. Mereka lantas menghampiri, mengikuti arah pandang. Ya, tatapan terhenti pada jendela bertirai putih polos. Memperlihatkan kerangka badan si pemilik rumah bersama seseorang terduduk di kursi yang adalah Meena. 

Empat pasang kaki seketika melaju menuju ke pintu yang tertutup tirai. Sesampai di sana mereka kian kaget bukan kepalang melihat Meena sudah babak belur dihujani darah dan memar. Ditambah lagi Charlotte langsung menodongkan pistol tepat di pelipis kanan, memberi ancaman.

"P'Char!"

"Nuu?"

"Jangan!" pinta Aoom tak kuasa melihat kondisi wanita yang dia cintai. "Apa yang kau lakukan, Char? Kegilaan apa ini? Mengapa kau tega menyakitinya sampai begitu? KAU TIDAK WARAS, CHAR!"

Belum sempat terdengar jawaban, Vanessa meraih sesuatu di balik saku. Snack masih syok di sisinya reflek menoleh dan kembali dikejutkan ketika benda di balik jaket jeans adalah senjata api persis seperti milik Charlotte. 

"Tidak, Van, jangan!" desis Snack terbata-bata menggeleng melihat Vanessa menodongkan bibir pistol ke arah Charlotte sembari ambil langkah melingkar tapi tetap membuat jarak. "Tolong apapun masalah kalian jangan ada yang melukai, kumohon!"

"Kau lihat, Meena?" sentak Charlotte menjambak rambut Meena menghadap Aoom dan Vanessa. "Bahagia sekali bukan dicintai oleh dua orang sekaligus? Yang 1 memohon, 1 lagi rela melakukan apapun."

"HENTIKAN, CHAR!" jerit Aoom jatuh bertumpu pada dua lutut. Dia spontan menjatuhkan air mata tak mampu melihat Meena yang tampak sulit mengeluarkan suara. "Aku mohon hentikan semua ini! Kau tidak akan mendapat apapun dengan melukainya."

"Aoom," batin Meena mengedip lemah, kembali menitikkan air mata melihat cintanya mengerang sambil membentuk air terjun di pipi. 

"Nuu, pada kenyataan semua orang punya beban dan masalah. Di mana ada masalah di sana selalu solusi. Dan sadarlah dunia tidak berputar hanya untukmu atau beberapa orang saja."

Charlotte terperingis, tapi dua bola mata berkaca-kaca. Dipandangi satu persatu awak di balkon rumah, semua begitu menyudutkan dia seolah dirinya manusia paling jahat. 

"Benar, Bee, dunia bukan hanya tidak berputar untukku tapi juga tak menginginkanku," lirih dia meneteskan air mata dan melepaskan cengkraman di rambut Meena perlahan. "Orang tuaku bahkan pergi membiarkanku sendiri. Mereka berbahagia dengan kehidupan masing-masing. Dan kau tiba mengisi banyak kekosongan di hatiku, tapi... ternyata semua demi keuntunganmu sendiri."

"Mai dai na, Nuu. Ak-"

"DIAM!" sentak Charlotte menodongkan pistol ke awak Engfa, sontak membuatnya tercekat mengangkat tangan. "Kau, Heidi, dan Tina, kalian penipu besar! Kau datang hanya untuk bermain-main dan kembali sekadar pelarian. Dunia sungguh tidak adil," ujar dia merendahkan suara. "Mengapa ada orang yang sangat dicintai tapi di saat bersamaan ada orang begitu tidak dicintai?"

"Kau hanya belum menemukannya, Char. Melukai orang lain tidak akan membuatmu lebih baik. Aku mohon lepaskan, sudah cukup, jangan sakiti Meena lagi. Lepaskan dia, Char!"

"Cintamu padanya sangat besar ya?" gumam Charlotte terharu, dia tak pernah merasakan itu meski sempat dekat dengan Engfa dulu. Tak ada seorang pun yang menangis akan lukanya, sebaliknya dia yang terus menangisi diri sendiri. "Apa beberapa orang terlahir ditakdirkan untuk tidak menerima cinta?"

"Semua manusia pantas mendapatkan cinta, hanya waktu, dari siapa, dan bagaimana yang membedakan. Nuu, taruhlah pistol itu! Menyakiti seseorang sama dengan menyakiti diri sendiri. Ayo, turunkan pistolmu dan kita akhiri, cha?"

Charlotte tersenyum sayu menerawang ke kursi dan bahu Meena. Bayang-bayang kebersamaan dia, Aoom, dan Meena kembali terbesit. Sedari mengalami panic attack hingga pulih, mereka terus di sisinya tanpa pamrih atau letih. Bukan sekadar sahabat, Aoom dan Meena telah berubah bagai keluarga sendiri di kala tak ada satupun keluarga berdiri di sisinya. 

"Aoom, kau benar-benar mencintai Meena?"

"Aku sangat mencintainya. Memiliki Meena dalam hidup seperti menggenggam dunia di jemariku"

"Tapi kau tetap hidup bila Meena tidak ada. Bahkan hatimu bisa jatuh cinta lagi."

"Dan hidupku tidak sama lagi, Char. Cinta yang baru belum tentu bisa membuatku selesai dengan masa lalu kami. Tidak berarti juga bisa menyembuhkan traumaku. Char, kau tidak mencintaiku, melainkan hanya obsesi. Apa bedanya kau dan P'Fa? Jika dia menjadikanmu pelarian, bukankah kau perlakukanku begitu juga?" 

Lagi, Charlotte terkekeh sinis mengusap air matanya. Dia mengalihkan pandangan ke Vanessa yang masih menodongkan pistol. "Kau! Kau mencintai Meena juga, 'kan?"

"Karena itulah aku melepasnya," tegas Vanessa. 

"Baik. Aku ingin lihat," ujar Charlotte terperingis melihat masing-masing wajah. "Kita lihat bagaimana kekuatan cinta berbicara."

Usai berucap itu Charlotte langsung menarik pelatuk dan dihadapkan ke kepala Meena. Semua pasang mata terbelalak reflek menjerit bak dihadapkan ujung tombak malaikat maut. Aoom langsung bangkit berlari ke arah Meena yang perlahan memejamkan mata seolah menerima kematiannya. Snack spontan membekap wajah dan jatuh berlutut tak sanggup mendapati pemandangan detik-detik ke depan. Sementara itu Engfa menyusul berlari ke arah Charlotte. 

Vanessa? Dia ikut menarik pelatuk.

DOR! DOR! DOR!

"HENTIKAANNNN!" jerit Snack memejamkan mata dan menutup kedua telinga.

-TBC-

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang