Close To You

117 11 1
                                    

semoga kita dianugerahi kesehatan agar bisa selalu beraktivitas lebih aktif, ketenangan agar mampu mengendalikan diri, dan uang yang banyak untuk membuat dapur tak berhenti mengebul demi keluarga. 

*

Aoom tiba di dalam bersama Charlotte memecahkan ketegangan di wajah Meena. Bibir merapat seketika tersenyum tapi tiba-tiba merapat lagi karena tak menemukan Snack padahal Pailiu pun akan tampil setelah dia selesai.

"Mungkin Snack berada di belakang bersama Pailiu."

"Meena, kau siap?" tanya pasangan dansa Meena mengulurkan tangan.

"Ya, tentu saja."

Sepasang penari dansa pun maju karena peserta sebelumnya telah meninggalkan panggung. Mereka menari mengikuti alunan musik latin sesuai genre. Meski dilanda kerisauan Meena dan pasangannya berhasil menunjukkan penampilan terbaik. Gerakan kaki, bahasa tubuh, sampai berbicara lewat senyum dan mata mampu menghipnotis ketiga juri. Sontak saja mereka berhasil lolos ke tahap selanjutnya.

Namun, tak serta-merta membuat Meena bahagia. Usai menahan diri membiarkan Aoom, Charlotte, dan pasangan dansanya berbasa-basi, Meena lantas mengajak Aoom ke ruang ganti. Dia mau menanyakan apa yang terjadi dan di mana Snack. Baik di ruang tunggu maupun di bangku penonton tidak ada tanda keberadaan 'kekasih' Pailiu sama sekali.

"Snack sedang di ruang kesehatan bersama P'Fa. Dia pingsan karena dibius saat mengejar peneror sampai ke area parkir."

"Oh, tidak." 

"Tapi dia baik-baik saja. Sayang, kami sama-sama tidak berhasil melihat wajahnya. Dia menggunakan masker dan kacamata hitam lalu memakai tudung menutupi kepala. Dari postur kuyakini dia wanita karena dada sedikit menonjol dan bahunya tidak lebar."

"Terlalu luas. Ini kampus wanita."

Sahutan Meena tenang atau datar tapi kedua mata menangkap ada hal lain dari wajah Aoom. Paham kalau waktu dan tempat pasti menjadi penghambat untuk mahasiswi teater mengeluarkan lebih banyak suara. Belum lagi nama Engfa disebutkan, sudah pasti ada hal amat penting.

Barulah ketika mereka sudah kembali ke apartemen, Meena berani melontarkan pertanyaan. Mengapa Snack bisa pingsan? Mengapa ada Engfa?

"Sungguh? Dia melaju lebih cepat dari yang kita duga. Tapi... apa dia bisa dipercaya?"

"Sudah, tidak usah khawatir. Snack bersamaku dan sepertinya P'Fa sungguh-sungguh karena dia sampai memberikan bukti surat pengajuan tes DNA."

Meena memeluk tubuh Aoom erat dan berucap, "Perasaan cinta tak sampai bukan salah kita karena dua hati ini saling memilih. Mengapa kita dipaksa harus bertanggung jawab atas perasaan orang lain yang bahkan tidak kita tahu dia siapa? Benar-benar keterlaluan. Kita berusaha memadamkan api tapi ada saja pemantik dan ingin mengobarkan api lebih berbahaya. "

"Karena itu kita harus menjadi air untuk memadamkannya lagi. Tidak akan ada lagi yang membuat kita tidak aman."

*

Pailiu memanah telapak Snack, masih ada bekas tancapan pengait di sana. Sudah jauh membaik dan mengering, tapi keadaan sekarang tidak. Meski memilih lepas menerima penyanderaan lalu, agaknya si peneror belum puas sampai tega meneror lebih berani, di kampus mereka dalam situasi ramai. 

"P'Pai, kau memikirkan apa? Jangan terlalu dikhawatirkan!"

"Ini sudah kelewat batas, Nong Nack, tidak bisa dibiarkan. Apa tidak lebih baik melapor saja?"

Snack mengulum bibir tak bisa mengiyakan karena diminta tutup mulut oleh Engfa dan Aoom soal rencana esok. Dia sendiri tak ingin kasus melebar, berharap masih bisa ditangani oleh mereka. "Aku yakin dia mustahil berbuat lebih jauh karena sama dengan bunuh diri."

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang