Dia Di Belakangmu!

109 8 5
                                    


"Aku melihatmu menguntit Meena," tutur seseorang setiba di loteng salah satu gedung yang masih dalam masa perbaikan.

"Hooo, jadi kau mengawasiku ya?"

Dua wanita saling berhadapan dan berjalan melingkar antara saling menghindar dan menghampiri. Mata mereka bertemu sejauh diameter kisaran 3 m. Sosok penguntit tampak tenang dan tersenyum seolah menikmati kemarahan seseorang di sebrangnya.

"Sulit dipercaya kau mengajak bertemu hanya demi hal sepele begini."

"Sepele katamu? Kalau wajahmu terekpos dari CCTV maka bisa berimbas padaku. Selain itu, kita berjanji bahwa ini telah selesai. Benar-benar selesai! Dari awal kita berjanji sebatas bermain tapi kau justru tiba-tiba meneror Meena."

"Kau sudah meretas CCTV?"

"Ya, lebih cepat dari caramu berpikir dan semoga berhasil sebelum kedapatan oleh petugas CCTV."

"Hmmm, kalau begitu aman. Lagi pula, aku tak berniat melukainya dalam waktu dekat."

"Kau!"

"Hei, pelankan suaramu, bodoh! Salahmu sendiri secara tak langsung memberi clue rambut bergelombang."

"Itu kebodohanmu dan orang-orangmu karena menaruhku di sana. Seharusnya kalian tidak menggabungkanku bersama mereka," pekik dia mengepalkan jemari. "Kalau terjadi sesuatu pada Meena, aku tak segan-segan menghabisimu! Permainan sepenuhnya berakhir, biarkan mereka tenang dan jangan usik siapapun!"

*

"P'Nam," sapa Pailiu menghampiri Nampez di perpustakaan.

Ini hari minggu tapi beberapa mahasiswi membesuk kampus entah sekadar menikmati ketenangan, berenang gratis, atau Nampez yang ingin memperlihatkan suasana kampus pada saudara. Pailiu sendiri bersama Snack sengaja menyusul karena mereka memang ada janji setelah kembalinya mereka dari pemakaman Elsa. Masing-masing saling mendukung untuk mengakui kesalahan di masa lalu dan ingin menjalani waktu-waktu tanpa rasa bersalah atau penyesalan.

"Hai, Pai, Snack. Ada apa sampai minta janji bertemu? Terlihat serius sekali."

"Emm hehehhe iya. P'Nam sendirian? Tadi bilang-"

"Oh, saudaraku sedang mencari camilan jadi aku sendirian di sini."

Snack menatap ke komputer meja petugas perpustakaan, menyala tapi tidak ada penjaga. Ternyata Nampez adalah petugas sampai akhir bulan ini. Snack lantas izin menggunakannya sekaligus membiarkan mereka berbicara lebih tenang dan leluasa.

"Jadi kau ingin bicara apa, Nong Pai? Wajahmu sangat gugup dan tegang."

Mata Snack melirik harap-harap cemas Pailiu akan ketakutan dan lepas kontrol hingga terlalu menyalahkan diri sendiri. Ya, memang telah cukup lama berlalu tapi kesalahan itu tidaklah kecil. Hubungan yang kini baik mungkin berubah di menit-menit ke depan. 

"P'Pai pasti bisa."

Snack mulai memerhatikan laman. Dia ingin mengetikkan youtube tapi ketika baru klik di bagian kolom web address, langsung muncul jajaran situs yang pernah diakses. Salah satu situs di sana adalah profil mahasiswi. Karena penasaran bagaimana kampus merangkum profilnya, Snack tersenyum iseng membuka situs tersebut dan mencari tahun di mana dia diterima.

"Waawww, cukup lengkap hampir persis seperti yang kuisi."

Kedua ujung bibir Snack menyeringai senang melihat profilnya sampai latar belakang orang tua ditulis lengkap oleh pihak kampus. Lantas kian iseng dia juga mencari profil Pailiu disusul Engfa sang senior. Sesekali bola mata membulat salut dan kagum atau memanggut membaca profil sekawanan mahasiswi lain.

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang