Exit

122 12 2
                                    

sawadeeka, Kalonger. semoga sehat selalu. 

kalian gak mau ramein gitu? komen apa kek terserah seputar cerita. masa iya author dikasih silent treatment padahal tidak sedang menyakiti kalian. hiks. yg silent moga gampang ngantuk, gampang lapar, gampang haus. huh!

*

Luka tancapan Snack dan kaki terkilir Aoom membuat mereka kokoh bahu-membahu menaiki anak tangga sambil mengecek situasi. Sesekali desisan keluar setiap kali kaki kanan Aoom berpijak atau saat Snack menopang punggungnya. Air mata sampai terus menitik. Anak tangga tak lebih dari satu kodi terasa masih begitu jauh.

"Hahahahah."

Dor!

"Ouh?"

"Si badut lagi," desis Aoom melihat badut berjingkrak mendekat masih menggenggam balon-balon.

Keinginan untuk tidak bersembunyi sontak membuat badut langsung berhasil menemukan mereka. Sambil tertawa dan meletuskan sebuah balon lagi, si badut berjingkrak girang bak yakin mangsanya bisa berhasil didapat. Sepasang kaki berpelukan sepatu berbulu melangkah santai seraya terus tertawa. Kadang berhenti sembari meletuskan balon lalu berjalan lagi masuk ke area bangunan.

"Ayo, naik! Kita akan melawannya dari atas!" pinta Aoom percaya diri.

"Oh?" Badut agak tersentak dan berhenti melihat salah satu rekan atau si pembawa rantai tergeletak dalam keadaan tak memakai topeng dan mengeluarkan sedikit darah dari mulut. Tapi dada tersungkur masih mengembang-kempis, berarti masih hidup. "Hoohhh!" erang dia memandang tegas Aoom dan Snack seraya menunjuk, menangkap sosok tersangka di sana sebelum kemudian lanjut melangkah.

Sesampai di atas Aoom dan Snack dikejutkan lagi oleh pengait yang tiba-tiba datang menancap ke permukaan tepi kayu disusul kepala bertopeng. Tubuh mereka yang awalnya siap pun tegang bagai tak sengaja tersetrum, spontan membuat rangkulan mereka berubah cengkraman. Sementara di balik punggung si badut mulai naik satu demi satu anak tangga sejurus si pembawa pengait telah berdiri tegak. Mereka lantas saling berimpitan punggung melangkah ke tengah, berjaga-jaga apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Hahahaha."

Dor!

"M-mau apa kalian sebenarnya?" sentak Snack terbata-bata menggenggam jemari Aoom senada merapatkan punggung dan tumit yang sudah saling bersentuhan.

"Siapa kalian?"

Tak ada jawaban selain tawa badut sambil meletuskan sebuah balon lagi. Entah berapa jumlah balon dan berapa pula yang telah diletuskan. Si pengait pun sekadar mengangguk kecil dan mengelus-elus ujung pengait yang berhasil menancap di telapak Snack. Selang tak lama, si badut dan pembawa pengait mengambil langkah searah jarum jam mengikuti lingkar tepi bangunan. Aoom dan Snack ikut berputar menghadap setiap arah langkah mereka. Tunggu punya tunggu tidak ada tanda-tanda penyerangan atau mengeluarkan bius. Mungkin belum atau justru ada sesuatu yang lain.

"Apa kalian bisu?" sentak Aoom mengepal. "Siapa kalian? Atau siapa yang mengutuskan kalian di sini?"

Lagi, tidak ada suara sama sekali. Malah pembawa pengait melempar pengait ke bawah disusul badut meletuskan seluruh balon. Snack dan Aoom kebingungan apa maksud semua ini. Mungkinkah dua peneror tidak ingin bermain-main lagi? Apa mereka akan bergulat dengan tangan kosong mengingat Snack dan Aoom terluka?

"Ah?" bingung Snack dan Aoom melihat dua peneror justru merangkapkan kedua telapak bak memberi salam kemudian menunjuk kaki mereka.

"Apa maksudnya? Kaki? Tabung kayu ini?"

"Bukan!" tegas Aoom melihat ada tulisan kecil di bawah pijakan mereka. "Pintu keluar!"

Terdapat tulisan 'EXIT' di bawah kaki Snack dan Aoom berukuran setelapak tangan saja. Namun, merasa tak yakin Aoom dan Snack kembali menatap keduanya yang berjalan saling mendekat ke bibir tangga. Mereka sekali lagi bersikap salam kemudian menunjuk tulisan tersebut lalu berbalik badan beranjak pergi.

GRAND CUBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang