Feyra2 : sirna

880 57 41
                                    


" Kemana perginya kasih sayang kalian?. Kenapa semuanya sirna dalam sekejap?. Kenapa secepat itu? Ma? Pa? Fey, masih butuh kalian..."

" Semua orang tua bahagia merayakan hari kelahiran anaknya, tapi orang tuaku berbeda, mereka mengutuk hari kelahiran ku, dan aku... mereka benci telah membawaku ke dunia" ~~feyra

****

Fey berdiri di parkiran sekolah, dengan mata memandang sebuah mobil yang baru saja berhenti tak jauh dari tempat nya berdiri, dapat dipastikan pemilik mobil itu sudah tentu melihat keberadaan Fey yang tengah tersenyum ke arah kaca mobil yang masih tertutup rapat.
Meskipun samar, tapi, Fey bisa melihat sang mama duduk di kursi kemudi dengan tatapan lurus ke depan.

Fey sayang nya mama....ayo sini cantik, mama pangku, ya?

Feyra tersenyum mengingat masa lalunya yang manis. Dulu ia sangat di manja oleh sang mama. Tapi itu dulu...

Ia masih terus memandangi mobil itu hingga pintu perlahan terbuka.
Seorang wanita paruh baya berparas cantik keluar dengan elegan, parasnya mirip dengan Fey. Rupanya Fey mewarisi sepenuhnya, kecantikan sang Mama. Tapi entah kenapa, wanita itu tak pernah lagi memberikan kasih sayang pada si bungsu.

" Fey, kangen sama mama..." Lirih Fey dengan mata berkaca-kaca, hatinya selalu perih. Ia ingin seperti anak anak lain yang bisa bermanja-manja dan juga mendapat pelukan dari sang mama. Tapi rasanya, itu hanya akan menjadi impian semata.

Wanita cantik berkaca mata hitam itu berdiri di depan mobil, sembari menyunggingkan senyum saat matanya menangkap sosok gadis yang berlari kecil ke arah nya. Fayra, gadis itu tersenyum lebar merentangkan tangannya meminta pelukan pada sang ibu.

Ranty Wijaya, nama sang ibu. Wanita paruh baya itu memeluk erat tubuh sang putri dengan penuh kasih sayang, tak perduli sedikitpun jika ada putrinya yang lain sedang menahan sesak karena selalu tersisihkan.
Fey tertunduk dalam membiarkan rambut panjang nya menutupi wajah.

Di depan sana, ibu dan anak itu masih terus memperlihatkan keharmonisan mereka.
Sesekali Fay melirik Fey yang masih menatap mereka dengan tatapan sendu.

' Fey juga pengen di peluk sama mama, Fey juga pengen di manja kayak Fay, ma... kenapa Fey di perlakukan berbeda?'

Bahkan hingga dua orang itu masuk ke dalam mobil dan kemudian berlalu. Fey masih setia menatap kepergian mobil yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Saat mobil milik sang mama menghilang, bersamaan itu sebuah mobil sport merah berhenti di depan gerbang.
Mata Fey menyipit karena senyuman manis menyambut gadis yang berjalan ke arah nya.

" Kak Amel..." Fey melambaikan tangannya.

Amel tersenyum dan membalas lambaian tangan adiknya.
Gadis berumur 21 tahun itu berlari kecil menuju adiknya.

" Maaf ya dek, kakak telat. Tadi macet soalnya, hehe" cengir Amel. Feyra tersenyum menggelengkan kepalanya.

" Nggak apa-apa kak! Fey juga baru pulang kok, Belum lama ini"

Amelia tersenyum menatap wajah Fey, adiknya itu selalu terlihat ceria, senyum manis nya tak pernah pudar. Dan karena Senyuman itu pula, Amelia tak pernah tau apa sebenarnya yang sedang adiknya itu alami, luka mana yang sedang ia tahan atau duka mana yang coba ia tutupi di balik senyum lembutnya. Tak ada yang tahu.

Amelia selalu kagum pada sosok Fey, walaupun usianya jauh lebih muda darinya tapi, jika menyangkut pemikiran dan pembawaan. Fey jauh lebih dewasa dan juga sangat tenang dalam bersikap.

Amelia menggelengkan kepalanya pelan.
" Ya, udah, berangkat sekarang aja gimana?"

" Ayo, kak" Fey tersenyum dengan mata menyipit.
Amelia menggamit lengan Fey menuju mobilnya dan melaju meninggalkan sekolah.

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang