Feyra 32 : sakit

420 34 45
                                    

"jika takdir membawa kematian untuk kurengkuh, bagaimana bisa aku menghindar?"

.....

———♪~♪••Happy reading••♪~♪———

Tiga hari berlalu setelah insiden Fey terkunci di dalam gudang. Gadis itu sudah mulai membaik dan kini, matanya perlahan membuka.

Tatapan kosong nya menatap lurus ke langit langit rumah sakit yang hanya menampakkan warna putih polos.

Semua akhirnya kembali normal, tak ada ingatan tentang Kenan dan Tatiana yang tertinggal di dalam kepala feyra, ataupun peristiwa peristiwa aneh dan ajaib yang selama ini seringkali mengusik kesehariannya.

Namun...
Entah kenapa, gadis itu merasa seakan telah kehilangan sesuatu. Tapi, ia bungkam dan berusaha menepis perasaannya sendiri. Setelah beberapa saat, tatapan kosongnya perlahan kembali normal.

"Kak...Fey, mau pulang...." Lirih Fey yang baru saja terbangun dari komanya. Gadis itu bahkan masih terlihat sangat lemah, tapi Ucapan yang keluar lebih dulu dari mulut nya justru keinginan segera meninggalkan ruangan itu.

"Nggak dek, jangan dulu! Kamu, masih perlu di pantau keadaannya, nurut ya sayang.... besok, juga gak masalah dek. Yang penting gak Sekarang!" Amelia memandang penuh kelembutan tepat di netra sayu feyraa.

Gadis itu akhirnya mengangguk lemah.
"Tapi... kak Amel... pulang aja. Nanti, dicariin papa."

"Nggak ada yang nyariin kakak! Jadi kakak akan tetap sama kamu! nemenin kamu di sini." Amelia menggenggam tangan Fey.

"Makanya cepat sembuh ya! Biar kita bisa pulang bareng, oke?" Amel menepuk kepala Fey pelan.

"Iya. Kak."

Amelia menatap sendu. Semakin hari keadaan Fey semakin melemah, baru beberapa saat lalu dokter menjelaskan bagaimana kondisi tubuh sang adik.

'sel kanker di tubuh pasien semakin ganas dan sangat cepat menyebar, bahkan sudah mulai merusak beberapa organ vital, termasuk syaraf di kepalanya'

"Sakit ya dek?" Lirih Amel tanpa sadar. Air matanya turun tanpa bisa ia bendung.

Fey menautkan alisnya dengan tatapan tak mengerti, pasalnya hanya suara lirih yang ia tangkap itupun tidak jelas, kata apa yang terucap dari mulut Amel.

"Kakak, Ngomong...apa? Fey...gak jelas Dengarnya." Tanyanya dengan raut wajah polos.

Amel menggeleng lemah. "Gak ada kok dek, kamu istirahat aja. Jangan banyak pikiran." Ujar nya menenangkan Fey, tapi justru sorot matanya menyiratkan hal yang berbeda, ada resah yang teramat jelas di dalam sana.

'Fey tau apa yang kakak sembunyikan dari Fey, Fey juga bisa lihat kalau saat ini kak Amel lagi sedih. -batin Feyra

"Kak...apa kakak tau?" Tanyanya lemah.

"Apa, dek?" Amelia menciumi punggung tangan Fey dengan lembut.

"Fey... s-sakit kak....hiks,.."lirih nya terbata karena isakan yang tiba tiba saja keluar. Tangisnya pecah. Amelia gelagapan, berusaha menenangkan dengan rasa cemas luar biasa.

"A-apa yang sakit dek? Bilang ke kakak! Kakak panggil dokter ya! Buat periksa kamu." Panik sang kakak.

Fey menggeleng. "Fey...gak sakit,..karena penyakit Fey...hiks, t-tapi, hiks,.."nafas Fey tercekat. Dadanya terasa berat memompa udara.

"Tenang dek... jangan banyak bicara dulu!" Amel semakin cemas melihat air mata Fey.

"Hati.., Fey, sakit kaakk..."

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang