Feyra 34 : kanvas kehidupan

329 27 7
                                    

"kanvas kehidupan ku sudah dilukis, dan.. seniman nya adalah Tuhan-ku. Aku tidak punya kuasa apapun untuk mencegah, maupun, menghapus hasil goresan tuhan dalam takdir ku." ~feyra

*****

Senja telah pergi, menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Malam kelam kembali dan entah kenapa malam kali ini enggan menunjukkan keindahannya, tak ada bintang maupun rembulan—hanya ada kegelapan dan sendu yang ia suguhkan.

"Gak, ada bintang dek. Masuk aja yuk!" Ajak Amel yang sejak tadi menemani sang adik yang ingin menikmati malam.

Raut Fey berubah sendu, keinginannya malam ini tak mendapat dukungan dari semesta, entah ada apa Dengan bintang dan rembulan?.

'apa, malam juga benci sama Fey...?'

Fey menoleh dengan tatapan sayu kearah Amelia.

"Kak... apa malam juga benci sama Fey?"

Amelia menoleh dengan tatapan tak mengerti. "Gak ada yang kayak gitu dek! Kamu tuh kok ngomong nya ngelantur Mulu ya. Kenapa sih?"

"Tapi... kalau gak benci. Kenapa gak ada bintang satupun yang di suguhkan buat Fey?" Mata Fey meneliti langit nan luas tapi tak satupun benda langit yang terlihat.

Amel mendesah. "Dek, malam ini gak ada bintang itu karena cuacanya lagi mendung...mau hujan. Bukannya karena malam marah! Kamu ini ada ada aja." Ujar Amel.

"Oh gitu ya kak? Hehe." Gadis itu menggaruk pipinya dengan wajah polos.

"Iya sayang..."

Amelia tersenyum. Tangannya terulur menyeka keringat dingin yang muncul di wajah Feyra. Akhir akhir ini sang adik sering berkeringat di malam hari.
Ia lalu, memeluk Fey dengan erat mengusap punggungnya dengan lembut penuh sayang.

"Feyra, kamu tau gak? Di antara banyaknya bintang, ada satu bintang yang paling terang...."

Fey mengangkat wajahnya dalam dekapan Amel. "Bintang kejora kak." Jawab Fey yang ditanggapi oleh Amel dengan anggukan.

"Semua bintang itu cantiikk, dek. tapi, kejora yang paling indah, sama seperti Fey bagi kakak...kakak punya banyak orang yang istimewa, tapi gak ada yang lebih istimewa dan indah selain adik kecil kakak... namanya Feyra."

Feyra tersipu. "Kakak sayang banget ya sama, Fey?"

"Lebih dari yang Fey kira..."

"Sama, Seperti jingga dan senja yang gak bisa dipisahkan!"

"Tapi saat senja pergi.... jingga masih bisa kembali di saat fajar... tanpa senja." Ujar Fey.

"Tapi jingga di saat senja jauh lebih indah dari saat fajar dek... jingga senja selalu dan akan tetap lebih istimewa."

"Ah...Fey pusing kak, maksudnya apa?"

"Perasaan kamu tadi nyambung nyambung aja... kenapa jadi pusing?" Gemas Amel.

"Kan ikut ikutan Doang... heheh " kekeh Fey.

Amel tergelak mendengar celetukan Fey.

"Pokoknya, intinya itu Fey dan Amelia gak lengkap Tanpa satu sama lain!" Ujar Amelia.

"Oh Fey ngerti kak...kayak roda gerobak ya kak? Hehe " gurau Fey.

"Iya, terserah kamu lah mau umpamain kayak gimana."

"Terus kak... kalau misalnya Fey gak ada? Roda Gerobaknya tinggal satu dong? Gimana jalan nya?" Fey mulai mengoceh dengan polosnya. Amelia mengulum senyumnya, jika Fey bertingkah polos semacam ini rasa gemas Amel semakin menjadi.

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang