Feyra 38 : senja dan sendu

529 33 19
                                    

"keindahannya benar benar pupus, seperti senja yang memilih pergi— meninggalkan sendu bersama derai air mata…"

****

Sepasang ibu dan anak itu masih terus saling merengkuh hangat, hingga beberapa saat kemudian, mereka, akhirnya melerai pelukannya.

Fey tersenyum dengan wajah teduh. Tatapannya begitu lekat menatap wajah sang ibu, wajah cantik itu terlihat pucat pasi, tampak sangat letih.

"Mana yang sakit, mah?" Tanya Fey.

Ranty tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Ingatan nya melayang ke masa lalu.

Flashback on

"Aduh!!" Pekik Ranty yang kala itu sedang memotong sayuran. Pekikan nya sontak membuat gadis kecil yang menemaninya ikut terjengit.

"Mama kenapa?" Gadis kecil itu memeriksa tangan Ranty. Matanya terlihat sendu melihat luka berdarah sang ibu.

"Sakit ya mah?" Gadis itu menatap wajah ranty dengan tatapan polos nya. Ranty tahu, gadis kecil nya itu sangat perhatian itu sebabnya ia mengangguk hanya untuk melihat betapa manisnya reaksi sang putri.

"Fey, kiss ya mama? Biar sembuh!" Ujar Gadis cilik itu.

Cup

"Tangannya mama... sembuh ya? Jangan sakit, kasihan mamanya Fey!"

Ranty tersenyum dengan mata berkaca-kaca, ia menangkup pipi mungil Fey lalu menghujaninya dengan ciuman.

"Sudah sembuh... makasih ya sayang!"

Flashback off

"Di sini! Sakit sekali, nak!" Ranty menyentuh dadanya.

"Cuma Fey yang bisa sembuhin rasa sakit nya mama...."

Fey tersenyum manis lalu mendekat dan memberikan ciuman penyembuh di dada kiri ranty.

"Jantungnya mama, harus sembuh! Harus sehat! Jangan sakit lagi! Kasihan mama..." Bisiknya, Ranty kembali memeluk erat Fey.

"Mama, harus cepat sembuh! Gak boleh sakit!"

"Iya, mama pasti sembuh, untuk Feyra! Mama akan sembuh untuk membayar semua kesalahan yang mama lakukan di masa lalu."

"Maafin mama ya sayang!" Ranty kembali meminta maaf.

"Jangan minta maaf lagi mah! Fey, udah maafin mama kok." Ucap Fey dengan tulus.

"Terimakasih sayang... mama benar benar bahagia, sangat bahagia!"

"Fey, juga bahagia banget mah..."

Mereka kembali berpelukan erat dengan senyuman bahagia di wajah keduanya.

"Mah...Fey, Harus pergi!" Lirih Fey dalam pelukan Ranty. Wanita itu menggeleng.

"Jangan pergi! Fey, harus terus sama mama!" Pintanya.

"Gak bisa mah! Fey, gak mau papa marah, kalo liat Fey ada disini. Nanti mama juga dimarahin." Ujar Fey berusaha memberikan pengertian kepada sang ibu.
Ranty tampak berpikir lalu sejenak kemudian ia pun menghela nafas panjang.

"Huftt, baiklah sayang...tapi, janji sama mama ya? Nanti temuin mama lagi! Janji?" Ranty mengulurkan jemari kelingking nya yang langsung di sambut oleh Fey.

"Janji mah! Nanti Fey, datang lagi! dan Fey gak akan pergi lagi dari mama! Akan selalu bersama mama!"

"Makasih sayang, makasiiih peri kecil nya mama!" Satu kecupan sekali lagi Ranty berikan di kening Feyra, sebelum gadis itu kembali berpamitan untuk meninggalkan ruangan nya.

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang