Feyra18 : penyesalan

518 40 16
                                    

" katanya, semarah apapun seorang ibu, dia  tidak akan pernah bisa membenci buah hatinya…"

" Benarkah?"~feyra

*****

🦋🦋Happy reading 🦋🦋

Hamparan permadani hijau terbentang sejauh mata memandang, di atasnya tumbuh pula ribuan jenis bunga yang bermekaran indah.

Seorang wanita berjalan di antara ribuan bunga bunga yang mengeluarkan aroma harum semerbak. Beberapa kali wanita itu memejamkan mata sembari menghirup aroma yang menyapa Indra penciuman nya.

  " Indah sekali!! Tempat apa ini?" Gumamnya.

Dalam keadaan diam termenung tiba-tiba tangannya di genggam oleh jemari kecil nan lembut.

Wanita itu menatap sosok mungil di samping nya. Gadis kecil yang melempar senyum manis padanya.
Hati wanita itu terasa sangat bahagia. Matanya berkaca-kaca. Ia lalu berlutut di hadapan sang gadis.

  " Feyra...." Lirih nya memanggil nama Gadis cantik itu. Dia, adalah feyra.

Tangan halusnya membelai lembut wajah Feyra kecil.

Feyra kecil melunturkan senyum nya. Ia melerai tangan sang mama, yah, wanita itu tak lain adalah Ranty.

  " Mama... jahat! Mama gak sayang lagi sama Feyra! Mama jahat!!" Racau gadis itu dengan mata berkaca-kaca.

Ranty menggeleng cepat.

  " Nggak sayang! Mama gak jahat! Mama sayang Fey... sini sayang! Mama mau peluk Fey!!" Ranty berusaha menggapai fey kecil yang berjalan mundur dengan kepala menggeleng sembari air matanya mengalir dari pipi.

  " Mama jahat!! Papa juga!! Papa nyakitin Fey! Papa siksa Fey...mama juga gak nolongin Fey...Fey gak suka sama mama! Mama bukan ibu peri nya Fey lagi! hiks hiks mama gak sayang Fey.... Hiks" gadis kecil itu terisak sembari terus menjauh.

Ranty terus mengejar tapi langkah kaki kecil itu ternyata cukup sulit ia kejar. Ranty tiba di sebuah labirin. Wanita itu berusaha mencari keberadaan sang putri kecilnya.

  " Fey... sayang! Mama di sini nak!! Keluar ya?" Panggil Ranty.

  " Mama pergi aja!! Jangan cari Fey!! Fey mau pergi!!" Suara itu terdengar tapi Ranty tidak bisa menemukan Fey.

Ranty menelusuri labirin rumit itu dengan langkah tergesa, terlebih saat telinga nya menangkap suara tangisan Fey. Suara yang selama ini selalu ia abaikan.

" Papa....udah!! Kaki Fey sakit!! Aaaa!! Udah papa!!"

" Jangan pukul Fey paa....Fey gak ngambil mainan Fay!! Badan Fey sakit!! Hiks..."

" Mama....Fey takut maa... Hiks hiks"

" Mama.... tolongin Fey! Fey luka maa....Fey berdarah..."

" Aaaaah.... sa--sakit paa!! Berhenti!!"

" F-fey minta maaf! Fey janji gak nakal lagi..hiks hiks... lepasin Fey! Fey lapar mama....perut Fey sakit!"

Ranty terduduk menutupi telinganya saat suara suara kesakitan dan rengekan Fey terngiang di telinganya.

" Hentikan!!!" Ranty memukul kepala nya saat ingatan itu kembali, ingatan yang menampilkan wajah tak berdosa putri nya yang di siksa oleh sang suami.

Di saat Ranty masih terus berusaha mengusir kenangan mengerikan itu, suara mungil tiba tiba terdengar.

" Mama...." Ranty mengangkat wajahnya.

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang