prolog : permulaan

2.9K 92 52
                                    


"Feyra hanya mau satu hal saja Tuhan, hanya satu. Feyra mau merasakan kembali pelukan hangat mama, dan, usapan sayang papa di kepala Feyra, itu saja..."

PROLOG

Langit di atas sana begitu mendung, bersama kilatan petir menyambar, beriringan dengan itu suara gelegar hebat dari guruh turut hadir di balik awan hitam.

Di bawah pohon besar,seorang gadis kecil dengan kaki terikat duduk memeluk erat lututnya, berusaha menghalau rasa takut dan juga hawa dingin yang teramat sangat, sebab air yang tak henti mengguyur tubuh mungil nya. Bersama dengan derasnya hujan, angin kencang pun ikut hadir menambah rasa takut di wajah kecilnya yang sayu. Isakan kecil terdengar.

"Mama....Fey kedinginan, Fey mau di peluk sama mama, hiks hiks" suara isakan terdengar dari bibir mungilnya yang perlahan membiru.

Mata nya menatap ke sebuah mansion dengan pilar pilar besar sebagai penyangga. Pintu itu masih tertutup rapat sejak beberapa jam lalu, sejak hujan belum turun dan kini hujan telah membanjiri halaman mansion nan luas itu.

Feyra kecil tertunduk sembari berusaha melepaskan ikatan yang menjerat kaki nya, tapi sia sia saja, bagaimanapun Feyra hanyalah Gadis kecil yang masih berusia 6 tahun. Tenaga nya tak kuat bahkan untuk melonggarkan tali tersebut.

Setiap kali kilat menyambar, gadis itu berteriak sembari menutupi telinganya berharap Tuhan akan melindunginya dari Sambaran petir.

"Fey janji gak nakal lagi mama hiks, Fey akan jadi anak yang baik. Hiks"

Di saat matanya terpejam takut, akan kilatan yang tak kunjung berhenti. tubuh kecilnya tiba-tiba terasa hangat karena dekapan seseorang.
Sepasang tangan melingkar erat di tubuhnya.

"Kakak...hiks" Fey berbinar senang mendapati sang kakak ada di hadapannya.
Namanya , Amelia Kakak feyra. Gadis kecil yang kini berusia 11 tahun.

"Adek..." Amel memeluk tubuh adiknya.

"Ayo masuk dek, sama kakak" ucap Amel masih memeluk adiknya yang sudah basah, kini pakaian nya pun juga ikut basah.
Feyra mengangguk dengan senyum di bibir mungilnya.

"AMELIA!!!" suara berat itu menghentikan tangan Amel yang hendak melepaskan ikatan Feyra, sementara Fey hanya bisa menunduk takut dengan tubuh yang sudah menggigil hebat.

"MASUK!!" Titah pria yang kini berdiri memayungi Amel, tangannya menggenggam pergelangan Amel dan menyeretnya pergi.

"Kasian adek pa... lepasin adek! Tolong lepasin Adek ya pa...dia kedinginan!" Amel Terus merengek berharap sang papa akan luluh dan mau mengasihani adik kecil nya yang sudah menggigil kedinginan.

Amel Terus menoleh ke belakang, adiknya menatap dengan wajah sayu, tapi sedetik kemudian gadis itu tertunduk menyembunyikan wajahnya di antara lutut yang tertekuk.

"Papa..."

"Diam!" Bentak pria itu, jangankan perduli pada putri kecilnya di sana, menoleh saja ia tidak.
Amel Terus menangis tapi tak dihiraukan oleh pria dewasa yang berstatus ayah dari Fey dan juga Amel. Namanya Ferdian Wijaya.

Amel masih menengok ke arah sang adik bahkan saat kakinya sudah berdiri di ambang pintu mansion. Tatapannya masih terkunci pada sang adik di kejauhan sana.

"Amelia, masuk!" Titah Ferdi mendorong kasar bahu amel. Mau tidak mau Amel pun akhirnya menurut dan saat keduanya sudah berada di dalam, pintu kembali tertutup rapat meninggalkan Gadis kecil yang masih terikat di bawah guyuran hujan.

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang