Feyra 36 : sesak

417 29 38
                                    

"jangan pergi dek! Jangan jauh dari kakak! Fey, harus selalu ada di pelukan kakak!"

"Mata indah Feyra... akan terbuka lagi kan? Janji sama kakak!"  ~amelia.

****

Seniman macam apa yang menorehkan begitu banyak duka dalam hidupku?.

Tidak! Feyra tidak pernah berpikir seperti itu, karena baginya takdir tuhan adalah yang terindah, tak perduli apakah itu luka atau tawa.
Namun...
Sekuat apapun dia, semanis apapun senyumnya atau seriang apakah tawa nya. Semua hanyalah topeng belaka.
Feyra sejatinya hanyalah Gadis belia yang memimpikan kasih sayang kedua orangtuanya di tengah nafas yang kian melemah, deru nafas nya kini berbayang dengan kematian.

Dentang waktu terus berjalan. Tak ada yang mampu memutar ataupun menghentikan laju waktu barang sejenak.

"Feyra.... Hiks bangun sayang... Hiks, bangun dek... jangan tutup mata Fey!" Isakan isakan tangis Amelia mengisi keheningan.

Tepukan lembut terus ia lakukan untuk menyadarkan sang adik dari pingsannya.
Perlahan jemari pucat nan kurus itu bergerak, mata sayu nya pun ikut terbuka dengan lemah bersama seulas senyum manis namun begitu getir dalam pandangan Amel.

Grep

"Fey... hiks hiks...dek... hiks hiks. Jangan... Hiks... jangan tutup... Hiks..mata lagi... hiks, kakak mohon... hiks." Amelia memeluk tubuh Fey dengan erat seakan Fey baru saja kembali dari tempat yang amat jauh.

Fey tersenyum. "Fey...gak, apa apa kak..." Lirihnya.
Amelia terdiam, ia masih larut dalam isakan tangisnya, sementara itu di depan kemudi sang paman zayn ikut tersenyum lega melihat sang keponakan akhirnya terbangun walaupun dengan luka di tubuh nya.

"Om...kita mau kemana?" Tanyanya berusaha menegakkan badannya bersandar sambil sesekali ia meringis kesakitan.

"Ke rumah sakit. Fey harus di rawat!"

Fey menggeleng pelan, ia menatap wajah Amel. "Fey gak mau ke rumah sakit kak! Fey, mau pulang aja..."

"Pulang ke neraka itu? Nggak dek...gak akan kakak biarin kamu menginjakkan kaki lagi di sana!" Tegas Amel.

Fey menunduk. "Terus, kita tinggal di mana kak?" Gadis itu menatap dengan tanda tanya.

"Ke, apartemen om, kalian akan tinggal bareng sama om, mau kan?" Zayn melempar senyum hangat ke dua gadis kesayangannya itu.

Keduanya langsung mengangguk menyetujui.

*****

Fey duduk bersender di pembatas balkon yang terbuat dari kaca tebal transparan, dari atas balkon apartemen, ia bisa menikmati suasana malam yang tersuguh di bawah sana.
Hamparan bangunan, perumahan berjejer rapi, jalan raya yang memanjang dengan hiasan lampu jalan yang terlihat indah turut menghiasi malam ini.

Namun....

Duarr

Fey tersentak saat kilatan petir menyambar bersama suara menggelegar di atas awan.
Gadis itu mengangkat wajahnya mengamati awan tebal di atas sana, kilatan cahaya terus beradu di dalam nya.

"Fey!!" Tegur Amel yang mendapati sang adik tak bergeming.

"Ada petir dek! Jangan diluar! Ayo, masuk!" Fey tak bersuara tapi ia patuh lalu meninggalkan balkon.
Amel menyusul setelah menutup rapat pintu balkon itu, gorden juga sudah ia turunkan.

Amelia menghampiri Fey yang duduk di kasur, gadis itu berlutut di hadapan Fey menggenggam tangan sang adik yang semakin pucat seolah tak ada darah lagi yang mendiami.

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang