Feyra 26 : jangan sedih!

286 36 20
                                    


"Kisah yang dimulai dengan suka perlahan kini berganti dengan duka.
Yang dahulu di hiasi gelak tawa, kini, hanya menyisakan isak tangis"

"Takdir ku adalah mahakarya terbaik dari Tuhan..."

*****

Senja, memang begitu indah, namun, senja pula menyimpan sendu, menatap warna yang pudar itu layaknya melepaskan kepergian seseorang. namun, ada satu hal yang senja ajarkan, yaitu merelakan kepergian untuk kembali nya senja lain yang lebih indah. Atau, mungkin, senja yang kembali justru membawa pedih, entahlah? Itu semua adalah rahasia semesta.

Senja indah akan pergi, di saat malam telah datang, membawa kelam bersama dengan kesunyian. namun setelah malam, selalu ada fajar menyingsing di keesokan harinya.

Seperti Kini...

Matahari pagi telah kembali setelah terlelap, membiarkan malam bertahta.
Pagi indah, yang membawa harapan untuk hari yang lebih baik dari kemarin.

Sepasang netra hitam menatap lekat ke langit biru yang masih dihiasi warna jingga. Wajah cantiknya menampilkan senyum manis yang menggambarkan keceriaannya mengawali pagi.

Feyra, gadis manis itu perlahan mengerjap, saat ia merasakan cairan hangat yang keluar dari hidungnya. Segera ia angkat kepala nya sembari berjalan menuju cermin besar di dalam kamar.

Alisnya mengerut-tangannya kemudian terulur, meraih tissue, yang tergeletak di meja rias, menyeka darah yang terus saja keluar-kepalanya kini terasa sedikit pusing, sesekali ia memijit pangkal hidung nya.

"Aww...assshh kok gak berhenti juga sih? Aaahh" kepalanya semakin nyeri. Gadis itu lalu duduk perlahan.

Tatapannya kembali tertuju pada pantulan dirinya sendiri.

"Wajah kamu kok makin hari makin pucat sih Fey? Kayak zombie, Kan jadi serem! Ihh" Fey terkekeh kecil, tapi hanya sesaat karena darah kembali keluar saat ia terbatuk.

Uhuk

Uhuk

" Hah!! I-ini kayaknya darah Fey, kebanyakan deh.... keluar Mulu,heran!" Seloroh nya sembari membuang tisue yang kini di penuhi noda darah dari mimisan nya, ditambah lagi dengan gumpalan darah saat ia terbatuk. Dadanya sesak, beberapa kali ia menepuk nepuk dadanya.

"Jangan di pukul! Ntar tambah sesak!" Cegah Amel, yang entah kapan berdiri di ambang pintu. Gadis itu mempercepat langkahnya.

"Kalau gak enak badan, gak usah sekolah dulu... istirahat aja di rumah ya? Kakak temenin!" Amel tersenyum.

Fey menggeleng cepat. "Nggak kak! Fey sehat kok!"

Tes

Amel terperanjat melihat darah yang lagi lagi keluar dari hidung Fey.

"Jangan ngeyel dek! Itu kamu mimisan... ayo sini kakak bersihin" Amelia mengambil tisue lalu membersihkan darah Fey.

"Gimana? Apa, ada yang sakit dek? Bilang kakak ya!"

Feyra menggeleng. "Fey gak apa-apa kak!"

"Tapi, Mending istirahat ya..." Fey kembali menggeleng sebagai tanda penolakan.
Mau tidak mau Amelia pun mengizinkan sang adik.

"Ya udah... kakak ijinin! Tapi, hari ini kamu ada jadwal olahraga kan? Gak boleh ikut ya! Kakak gak ijinin!" Fey membelalakkan matanya, oh tidak! Olahraga adalah salah satu favorit nya.

"Tapi...Fey, kan, pengen banget ikut! Bolehin lah kak! Fey gak apa-apa kok! Bener!! Suer!" Ucap Fey meyakinkan.

Amel menggeleng dengan raut wajah datar.

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang