empat puluh dua_ Antara dunia

224 28 3
                                    

Bokuto pulang kerumahnya. Tidak ada siapapun disana, baik ibu, ayah maupun kakak perempuan nya.

Kakak kakak nya punya kehidupan sendiri, ibunya juga sudah resmi cerai dari ayahnya keduanya sama sama memutuskan untuk tidak tingal dirumah itu.
Karna Bokuto sudah dewasa dia tidak dibebani atas hak ingin ikut siapa, keduanya juga sudah mengurus pendidikan Bokuto kejenjang perguruan tinggi.

"Assalamualaikum." tidak ada balasan.
Sejenak Bokuto rindu suara riuh rumahnya, teriakan Ayana yang selalu jadi korban kejahilan Bokuto.

Semuanya sudah rusak tiga tahun terakhir dan sekarang semuanya sudah hilang.

Bokuto menaruh tas sekolahnya di sofa, menatap poto keluarga yang telah lama terpasang sekarang hanyalah bekas bingkai kaca tanpa poto.

Tentu saja, mama nya melepas poto keluarga yang sudah gagal ini.
Bokuto berjalan ke arah dapur, kosong tidak ada siapapun disana.

Jam menunjukan pukul empat sore. Lekas Bokuto bersih bersih lalu berganti pakaian menjadi lebih santai.
Turun dan kembali kedapur, masak telor dadar sederharna pake kecap manis diatas meja.

Bokuto duduk di meja makan, ada nasi hangat, telur dadar dengan kecap manis diatasnya.
Bokuto memejamkan matanya, air matanya turun tanpa perintah. Bukan soal lauk dari apa yang dirinya miliki, ini sudah enak dia sudah bersyukur bisa makan.

Tapi

Yang jadi masalahnya, dia merasa kehilangan. Hangat nya sebuah keluarga sudah mustahil dia dapatkan.

"Selamat makan." lirihnya pelan sebelum membaca doa makan dan perlahan memakan makan siang nya, padahal sudah hampir malam.

Bokuto mengusap kasar wajahnya dengan lengan yang masih tertutupi baju. Dia menangis pelan tidak lagi memperdulikan makanan nya, dia tidak lapar lagi dia tidak ingin makan lagi.

"Tidak bisakah kalian kembali, tidak bisakah kita seperti dulu." sore itu di tengah kesunyian ruang makan hanya ada isakan tangis Bokuto yang tedengar.

Hirugami menghela napas pelan menatap keluar cafe nya. Besok hari terakhir mereka ulangan, terhitung sudah hampir satu minggu dirinya melepaskan diri dari organisasi itu.

"Hir." tegur Terushima duduk di bangku dengan coklat panas. "Minum dulu."

"Makasih." balas Hirugami duduk lalu menyesap pelan coklat panas nya. Kembali dia menatap keluar cafe. "Kak Bokuto gak kesini ya?"

Mendengar itu Terushima menoleh dan teringat, biasanya Bokuto akan selalu menghabiskan waktu di cafe Hirugami saat malam.
Cafe Hiru juga terjangkau dari rumahnya, itulah sebabnya Bokuto jadi sering kesana.

"Mungkin sebentar lagi." balas Terushima sembari membersihkan gelas yang sudah dia cuci.

"Aku jadi ngerasa kesepian." tangan Terushima berhenti mengelap lalu menatap Hirugami disana.

"Gua dianggap batu niehhh?" balas Terushima namun Hiru malah tertawa.

"Bosen gua liat lu mulu Ter."

"Idihhh dikira gua badut penghibur sampe lu bilang bosen." balas Terushima lalu mendekat ke arah Hiru.
"Mama lu mana?"

"Gak tau, udah seminggu ilang gak bisa di hubungi." balas Hirugami namun ini bukan kali pertama mamanya hilang secara gaib, dia biasa gitu gak tau lagi ngelakuin apa.

Disisi lain Oikawa menatap sendu masjid smk yang selama ini mereka anggap rumah kedua.
Dimalam itu ada anak anak rohis yang lain, minus Bokuto soalnya doi pulang duluan bareng Terushima.

Back To Masjid (Haikyuu Religi) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang