------------------------------------------------
"Ada yang bisa hamba bantu, Pangeran Mas Jolang?" tanya Sedayu pura-pura sopan.
"Jujurlah padaku! Apa sebenarnya yang kau rencanakan?" Pangeran Mas Jolang juga masih menjaga kesopanan sekaligus nada suara agar tidak naik.
Alis Sedayu menukik satu walau tentu tak terlihat sebab dirinya menggunakan topeng kayu. "Haaah!" gagal paham.
Pangeran Mas Jolang berkacak pinggang. Malas basa basi lagi. "Kau... KAU ADA HUBUNGANNYA DENGAN KEMATIAN KEDUA KAKAKKU?!" suaranya berubah menjadi teriakkan memecah kesunyian taman. "BENARKAN?!!"
Mulai detik ini, Pangeran Mas Jolang resmi Sedayu beri gelar Si Paling Sok Tahu.
Iiissshhh, lempar Naja ke mukanya boleh tidak sih?
Tak langsung menjawab, Sedayu malah menepuk kepala Naja dua kali. Paham isyarat Sedayu, si ular bergerak lincah kembali ke sarangnya tanpa menyentuh makanan yang telah disiapkan tadi. Biarlah Sedayu menyelesaikan kesalahpahaman ini terlebih dahulu baru kembali memberi makan Naja.
Riak gelisah itu masih ada.
Gelayut duka belum benar-benar hilang.
Gelegak amarah tersulut tanpa aba-aba.
Sedayu bangkit berdiri lalu memutar badan agar bisa berhadapan dengan Pangeran Mas Jolang. Tersenyum sumir guna menyembunyikan gejolak emosi di dada. "Itu tuduhan serius, Pangeran!"
Mata Pangeran Mas Jolang memindai perempuan aneh di depannya. Tepat pada dukun perempuan di keraton Mataram. Bersembunyi dalam label 'Islam Kejawen', mereka katanya adalah penjaga gaib Mataram.
Sungguh sebuah lelucon padahal Mataram mengukuhkan diri sebagai Kerajaan Islam.
Sang ibu telah menjelaskan segalanya terkait kedua perempuan berpakaian serba hitam namun secara pribadi alias tidak di depan orang yang bersangkutan. Menurut penjelasan beliau juga, Pangeran Mas Jolang jadi tahu bahwa waktu kecil dulu, wajah Nyi Datu terluka saat melakukan ritual gaib sehingga dirinya sampai sekarang memakai topeng kayu. Tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya termasuk Ratu Mataram sekalipun.
Sungguh, pertemuan malam ini sebuah ketidaksengajaan. Terbangun guna melaksanakan salat tahajud. Setelahnya, Pangeran Mas Jolang tidak merasa mengantuk lagi maka memutuskan keluar dari kamar. Berniat berjalan-jalan menikmati suasana keraton saat dini hari.
Anggaplah dirinya aneh. Akan tetapi memang ketika sudah terbangun maka matanya sulit untuk diajak memejam lagi. Siapa sangka, netranya malah menangkap pergerakan sosok tak biasa sedang berjalan sendirian.
Perempuan sinting. Dua kata itu yang muncul pertama kali di benak Pangeran Mas Jolang. Jika para pengawal berkeliaran tentu wajar. Laki-laki juga masih dimaklumi jika keluar lewat tengah malam, akan tetapi amat tidak masuk akal apabila yang melakukannya adalah perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Calon Arang
Historical FictionBukan cerita tentang Ratu dan Raja. Bukan juga cerita tentang Putri dengan Pangerannya. Bukan pula cerita tentang persaingan Ratu dan Selir untuk mendapat hati sang Raja. Ini cerita tentang seorang dukun perempuan yang tersembunyi di dalam bangunan...