Pangeran Mas Jolang malah terkekeh. "Bagaimana ya, bukan tidak ingin cepat sembuh tapi ramuannya pahit tak terkira. Coba Ibunda Ratu cicipi sendiri kalau tidak percaya!"
Kanjeng Ratu Mas Waskitajawi hanya bisa menggelengkan kepala putus asa. Dirinya memilih memandang Sedayu dibanding putranya yang menjengkelkan itu. "Nyi Datu, aku titip putraku. Sekarang aku harus menemui wedana untuk memeriksa persiapan acara. Waktu terbatas. Rombongan akan segera tiba di keraton." Jeda sejenak. "Nanti, aku akan kembali lagi kemari."
Harap diketahui bahwa keraton Mataram masih mengalami musibah bertubi-tubi hingga sekarang. Walau Pangeran Mas Jolang selamat dari santet tapi Kakek buyutnya yang justru meninggal dunia. Iya, Ki Juru Martani telah berpulang ke rahmatullah dua hari yang lalu.
Tenang... Tenang... Ini bukan karena sihir hitam, pembunuh apalagi kecelakaan tapi murni sebab usia. Beliau itu sudah sangat tuaaaaaaaa. Maka sebenarnya berita kematiannya bukan menjadi sesuatu yang mengagetkan. Sebaliknya, jika beliau hidup abadi maka jadi aneh dan memicu kecurigaan.
Harus diakui bahwa selama hidup, almarhum adalah sosok yang luar biasa. Kenyataannya, di usia sepuh sekalipun, Ki Juru Martani tak juga pikun. Oleh karena itu, beliau masih berperan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting bagi keraton Mataram. Istilahnya, badan boleh saja agak bongkok dan bertumpu pada tongkat tapi otaknya tidak banyak terpengaruh usia. Konon, beliau memang senantiasa berzikir di manapun dan kapanpun.
Panembahan Senopati tentu berada di kediaman Ki Juru Martani hingga saat ini. Sebaliknya, Kanjeng Ratu Mas Waskitajawi hanya berada di sana sehari sebab putranya masih sakit. Sedayu malah tidak diizinkan ikut pergi oleh Nyai Pradni. Gurunya bilang, cukup dirinya yang mewakili.
Nanti sore rencananya mereka semua akan kembali ke keraton sebab Ki Juru Martani akan dimakamkan di kompleks pemakaman Mataram. Letak pasarean atau pemakaman memang tidak terlalu jauh dari keraton Mataram. Sebagai orang yang berjasa bagi Kesultanan Mataram tentu tempat peristirahatannya juga harus di area Mataram.
Selain keluarga kerajaan hanya beberapa orang yang bisa dimakamkan di tempat khusus itu. Mereka biasanya adalah orang yang telah berjasa bagi Kesultanan Mataram. Namun tentu ada juga pengecualian. Salah satunya, Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir. Beliau adalah Raja Kerajaan Pajang.
Bagaimana bisa Raja Pajang nyasar di pemakaman Mataram? Tentu bisa karena beliau adalah ayah angkat dari Panembahan Senopati. Sultan Hadiwijaya juga merupakan orang yang dahulu memberikan Alas Mentaok yang jadi cikal bakal wilayah awal Kesultanan Mataram.
Sultan Hadiwijaya dan Panembahan Senopati pernah dekat layaknya ayah dan anak. Sempat juga menjadi lawan terutama saat Panembahan Senopati nekat lepas dari kekuasaan Kerajaan Pajang untuk mendirikan kerajaan baru yaitu Kesultanan Mataram. Bisa dibilang hubungan mereka berawal akrab lalu berubah rumit dan malah berakhir buruk.
Akan tetapi sang musuh Mataram justru dimakamkan di kompleks pemakaman Mataram. Kemungkinan hal ini adalah cara Panembahan Senopati untuk memberikan penghormatan terakhir sebab tak bisa disangkal bahwa Sultan Hadiwijaya adalah ayah angkatnya. Sebenarnya, bukan ini saja. Ada alasan sentimentil mengapa panggilan raja Mataram yang seharusnya 'Sultan' malah menjadi Panembahan Senopati. Hal ini karena Panembahan Senopati ingin menghormati Sultan Hadiwijaya sehingga memilih panggilan lain selain 'Sultan'.
Sungguh, Sedayu kadang tidak benar-benar mengerti cara berpikir Panembahan Senopati. Beliau itu baik tapi menyangkut prinsip maka akan kukuh pendirian. Mungkin hanya sedikit orang yang mampu membelokkan pola pikir Panembahan Senopati. Selain Ki Juru Martani yang adalah Patih pertama Mataram, tentu Nyai Pradni menjadi sedikit orang tersebut. Walau perempuan tapi gurunya itu cerdas sehingga mahir mempengaruhi orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Calon Arang
Historical FictionBukan cerita tentang Ratu dan Raja. Bukan juga cerita tentang Putri dengan Pangerannya. Bukan pula cerita tentang persaingan Ratu dan Selir untuk mendapat hati sang Raja. Ini cerita tentang seorang dukun perempuan yang tersembunyi di dalam bangunan...