Chapter 24 : Abang Dan Adek

309 35 3
                                    

Happy reading
Warn : banyak typo bertebaran
************************************

*Chapter ini kayaknya agak membosankan, tapi ya happy reading gaes 🙂











Kei turun menapaki anak tangga menuju lantai satu rumahnya. Rasa kantuknya sudah menghilang entah kemana sejak suara alarm Ni-ki terdengar dan membangunkannya. Padahal Kei baru bisa memejamkan matanya selama satu jam setelah semalaman berkutat dengan skripshit jahanam yang penuh revisian dari dospem tercinta.

Sampai di lantai satu, cowok itu kemudian bertolak menuju dapur yang menyatu dengan ruang makan untuk mengambil minum.

Saat sampai di dapur, Kei melihat mama Sana yang sudah mulai sibuk memasak.

Menyadari kedatangan anak sulungnya, mama Sana yang sedang mencuci beras di wastafel mengalihkan perhatiannya.

"Lho udah bangun bang?" Tanya mama Sana pada sang anak yang saat ini berdiri di depan kulkas, hendak mengambil minum. "Masih pagi, jangan minum air es." Larang mama Sana.

"Haus ma." Sahut Kei seadanya, tapi tetap menuruti perkataan Sana dan gak jadi ngambil air es buat minum.

Mama Sana berdecak pelan, "Duduk situ, minum air putih dulu tapi jangan air es, nanti mama bikinin kamu teh." Suruh Sana sembari menunjuk salah satu kursi didekat meja makan.

Setelah memasukkan beras yang sudah dicuci dan diberi air secukupnya ke dalam rice cooker, sana beralih mengambil teko untuk memanaskan air. Sana mengisi air teko tersebut secukupnya dan meletakkannya ke atas kompor induksi.

"Mau kopi dong ma." Tawar Kei rada ngelunjak.

Sana yang mendengar requestan anak sulungnya itu melayangkan tatapan galak pada Kei. "Enak aja minta kopi, mama tau ya kamu udah kebanyakan minum kafein dari kemarin. Kurang-kurangin."

"Iya udah, terserah mama ajalah." Pada akhirnya Kei mengalah, gak jadi minta kopi.

"Terus Ni-ki mana? Dia udah bangun belum?" Tanya Sana disela kegiatannya manasin air untuk membuat teh.

"Udah abang suruh mandi tadi. Sumpah ya ma, kesel banget abang sama tuh bocah. Nyetel alarm sekenceng sirine pemadam kebakaran gak ngaruh, tetep kudu dianiaya dulu baru bisa melek tuh mata." Adu Kei menumpahkan segala kekesalannya pada sang adik.

Sana gak bisa nahan ketawa mendengar aduan si sulung. Ada aja tingkah laku dua anaknya yang ajaib.

"Ambil sisi baiknya kita jadi gak bakal kesiangan solat subuh." Ucap Sana.

Kei mendengus mendengar penuturan mamanya, "Bukan kita doang, tetangga juga kayaknya ikut kebangun gara-gara denger itu alarm jahanam."

Beberapa menit kemudian, teko yang diatas kompor mengeluarkan suara dengungan dengan uap yang keluar dari mulut teko menandakan air didalamnya sudah mendidih.

Dengan cekatan Sana memindahkan airnya ke dalam teko yang lebih kecil sebelum mengambil bungkusan kecil-kecil teh yang tersimpan di lemari dapur.

Gak lama wangi semerbak memenuhi dapur, Sana menghampiri anak sulungnya dengan secangkir teh yang dibawanya.

"Nih minum, mama bikin yang aromanya jasmine." Sana menyimpan cangkir teh yang masih mengepul itu di depan Kei.

Kei menghirup aroma yang mengguar dari cangkir tehnya, "Kirain tadi ada kunti lewat, makanya bau melati." Gurau Kei.

Thanks for loving meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang