15⁶

342 35 3
                                    

"Adek masih kuat jalan tidak? Rencananya mau ke mal lagi 'kan? Beli baju sama bahan-bahan kue."

"Lain kali saja boleh enggak, Mas? Kaki Adek pegal-pegal rasanya, kepingin rebahan di rumah."

Keduanya memutuskan berpisah dari pasangan Kim setelah cukup lama bercengkerama sambil menikmati makanan dan minuman khas India di stan sebelumnya. Jimin masih betah menggandeng lengan suaminya sambil sesekali kentara pernapasannya terbuang berat. "Jadi, ini kita langsung pulang?"

"Iya, Mas. Pulang saja, deh. Tapi, kita mampir dulu ke stan gorengan sama es campur tadi. Adek mau belikan buat Moya di rumah."

"Ya sudah. Adek enggak mau beli sekalian buat camilan di rumah?"

"Enaknya apa ya, Mas? Jangan gorengan, yang bisa buat dimakan nanti maksud Adek."

"Ap, dong?!"

"Loh, 'kan Adek tanya, Mas."

"Bubur mau? Atau kue-kue tradisional? Itu bisa disimpan dulu di kulkas. Kapan Adek mau makan, minta tolong Moya buat dihangatkan."

"Iya, Adek mau--esnya boleh juga, Mas?!"

"Beli yang Adek mau. Mas ajak ke sini 'kan memang buat menyenangkan hati Adek."

"Buat makan malam kita sekalian ya, Mas? Mumpung kita di sini, supaya Moya juga enggak perlu masak makan malam lagi."

"Memangnya Adek masih kuat? Mau beli jajanan lagi, loh ini. Mas sih oke saja kalau apa yang dibeli benar-benar dihabiskan. Jangan pas sampai di rumah malah mubazir." Sejenak Jimin mengelus perutnya, menunduk diam seakan akalnya sedang menelaah sesuatu.

"Takut lapar dadakan, Mas. Adek suka begitu di jam-jam malam 'kan? Kulkas kita kosong. Rencana belanja juga dibatalkan."

"Ya sudah begini saja, Adek beli camilan atau makanan apapun yang menurut Adek bisa mengatasi lapar, tapi enggak berlebihan. Habis mengantar Adek, Mas langsung ke betamart untuk belanja bahan-bahan makanan dan buah."

"Adek titip keripik, ya."

"Iya."

"Buruan kalau begitu, Mas! Beli gorengan sama es campur untuk moya, terus kue tradisionalnya sekotak." Jimin menggeret pelan lengan Jungkook, mengayun kakinya agak tergesa-gesa beberapa langkah menuju stan di depan mereka, stan pertama yang mereka hampiri semula. Sejemang, pandangan Jimin berbinar-binar terang saat melihat etalase dipenuhi gorengan. Warna kuning dan tekstur kentara renyah dari lapisan tepung terigu tersebut tak ayal seperti mampu mengundang berulang kali rasa lapar setiap orang.

"Adek ... ini kamu betul-betul sudah kenyang apa belum? Mas perhatikan semangatnya menggebu-gebu lagi."

"Judulnya juga lihat makanan enak, Mas. Masa loyo?!" Alhasil Jungkook memilih diam, mendengkus mafhum sambil mengikuti istrinya ini.

-----

Di sepanjang perjalanan pulang, Jimin tak lagi menunjukkan eksistensinya. Dia terkantuk-kantuk, tiada sanggup menyambung obrolan suaminya dari kursi kemudi. Praktis Jungkook tersenyum, mengusap-usap kepala sosok perempuan di sebelah dia. Nihilnya percakapan tak ayal menyebabkan pria ini bisa lebih fokus menyetir. Berujung waktu tempuh  turut menjadi singkat. Mereka kini berada di depan gerbang, menunggu Moya membukakan pagar sebelum Jungkook melajukan mobil dengan hati-hati untuk serta memarkirkannya di halaman.

"Adek, kita sudah sampai sayang. Ayo, masuk! Kamu bersih-bersih badan agar bisa istirahat. Mas ke kamar mandi sebentar."

Si empu yang dibangunkan spontan menguap, menggosok kelopak mata yang terasa perih. Jimin hela napasnya cukup rendah, melirik suaminya di samping dia dan berkata, "Mas yang bawa bungkusannya, ya."

"Iya, sayang." Sempat-sempatnya Jimin cengar-cengir meski kondisi matanya sedikit membengkak akibat masih sangat mengantuk.

Begitu keluar dari mobil, Moya menyapanya dengan muka semringah. "Bagaimana festivalnya, Eonnie? Pasti ramai, ya?!"

"Ehm," Jimin mengangguk lekas, membekap mulutnya yang tengah menguap dengan telapaknya. "Aku ada bawakan baso malang, gorengan sama kue tradisional. Kamu makan, ya. Simpan saja secukupnya buat camilan aku nanti--ambil di Mas Jungkook itu makanannya. Aku masuk duluan, mengantuk sekali."

"Eonnie mau saya bikinkan teh?"

"Tidak, Moya. Perutku kenyang."

"Moya, ini bawa ke dalam." Kamu makan sekarang, ya. Takut mienya kembang," kata Jungkook seraya menyerahkan semua bungkusan kepada gadis itu. "Pagarnya enggak usah ditutup dulu, Saya masih mau keluar." Barang tentu si ART gembiranya bukan main. Tidak sekadar baik dan royal, Jimin maupun Jungkook selalu bersikap ramah dan tidak berlaku semena-mena terhadapnya.

Continue ...

Sorry banget, baru bisa up.
Terima kasih sudah menunggu, ya. ^-^




Dek Jiji & Mas JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang