BAB 32 - Edward De Amber (10)

205 16 13
                                    

Ps: Maaf atas kesalahan kalimat dan kata-kata yang tidak sesuai dengan EYD.

***
Maaf ya semua, saya baru saja comeback, dikarenakan saya sakit, dan banyak hal yg harus di kerjakan. Pekerjaan, keluarga dan banyak lagi. Jadi, saya berterimakasih kepada kalian yang masih stay membaca cerita saya. 😭😭 i love you ges.. ❤❤
Sehat selalu yah❤❤
(Lanjut)

***


Satu Minggu telah berlalu, Edward menghabiskan waktunya di Kerajaan League, saat ini adalah hari keberangkatan untuk kembali ke tanah kelahirannya.

“Terimaksih atas kehadirannya, dan ikut merayakan hari Special ini, Yangmulia Edward.” Ujar Alexandra sembari menepuk pelan bahu Edward.

Edward tersenyum ke arah Alexandra. “Sama-sama, saya juga ingin mengucapkan Terimakasih, Karena anda memberikan pelayanan yang sangat baik, saat saya berada di kerajaan ini. Semoga nanti saya bisa kembali lagi ke sini. Bunga-bunga yang ada disini sangat indah, hingga mengingatkan ku terhadap seseorang.”

“Wah, Sepertinya Anda telah memiliki tambatan hati,ya?”

“Iya, yang mulia. Saya telah memiliki seseorang Yang Saya cintai di hati saya.” Ujar Edward.

Raja Alexandra pun tertawa.” Hohoho...Padahal, saya ingin menjodohkan anda dengan putri saya Asilla. Tapi sepertinya anda sangat mencintai wanita itu, maka saya tidak boleh memaksa.”

Edward pun tersenyum simpul.
“Baiklah, kalau begitu, hati-hati di perjalanan, dan sampaikan salam saya kepada Raja James, semoga beliau di beri kesehatan.” Ujar Alexandra.

“Baiklah, saya akan menyampaikan salam Yangmulia kepada Ayah.” Ujar Edward.

Semua orang menyambut kepergian Edward, Asilla Juga hadir saat Edward memasuki kereta kudanya. Pipi Asilla merona, saat Edward tersenyum kearahnya.

Waktu yang mereka habiskan bersama membuat Asilla semakin jatuh kedalam pesona Edward. Terlebih Edward mulai berbicara kepada dirinya, meski Edward selalu berbicara tentang wanita bernama Estelle itu.

Saat Rombongan yang di bawa oleh Edward pergi menjauhi istana Kerajaan League. Asilla pun tetap diam sambil berdiri, melihat kereta kuda yang di tempati oleh Edward sampai ia tidak bisa lagi melihat wujudnya.

Asilla pun tersenyum, ia akan mendapatkan hati Edward sebelum Edward menikah dengan wanita yang bernama Estelle itu.


***



Kediaman Duke Artie

Saat ini, kabar duka datang dari keluarga Duke Artie, Edgardo La Artie, selaku paman dari Estelle sol Artie dan Estellio sol Artie, meninggal dunia pada hari ini.

Satu Minggu sebelum hari pernikahan Estelle di adakan. Paman Edgar menghembuskan nafas terakhir nya di kediaman Duke Artie sendiri.

Suara tangisan Estelle terdengar di Ruangan tersebut, Ia tak henti-henti nya memanggil nama Edgar sang paman, untuk bangun. Estellio yang merupakan Saudara Kembar dari Estelle hanya bisa diam sambil menunduk, Airmata nya mengalir deras ketika melihat Jenazah pamannya telah pucat dan terbaring kaku.

“Paman, Jangan pergi.. Estelle ingin bermain pedang dengan Paman. Kumohon bangun!”Ucap Estelle sembari duduk di samping peti mati.

Estellio menahan Isak Tangisnya, ia tidak boleh seperti ini. Ingatlah perkataan pamannya untuk terakhir kalinya. Bahwa ketika ia telah tiada, Estelle dan Estellio harus hidup saling melengkapi, dan tidak boleh saling menyakiti, Apalagi ada yang terluka.

“Kakak, sudahlah. Jangan menangis seperti ini, Paman tidak akan bisa tenang jika kakak seperti ini.” Ujar Estellio sembari mencoba menarik tubuh kakaknya untuk menjauh dari peti mati yang berisikan jenazah pamannya.

Semua orang yang hadir di hari itu, memakai pakaian hitam dan mendoakan Jenazah pamannya yang telah pucat dan terbujur kaku. Setelah itu, mereka bersiap- siap untuk segera di kremasi lalu di kebumikan.

Atas permintaan sang paman, ia meminta ingin di kubur di samping makam Ayah mereka. Estelle kini harus merelakan pamannya pergi untuk selama-lamanya. Estelle melihat di seluruh penjuru ruangan, dan mencari-cari keberadaan Edward. Ia berpikir, Ternyata Edward belum kembali, lagi pula mungkin saja Dia sedang berada di perjalanan pulang.

Estelle dan Estellio berdiri bersebelahan, Hati mereka pilu saat Peti Mati milik sang paman telah tertimbun oleh tanah. Kepala Kuil membacakan doa dan memberikan salam terakhir untuk Paman nya. Begitupun dengan orang-orang yang hadir saat itu.

Ajudan Raja James memberikan sebuah salam penghormatan di atas batu nisan milik Edgar. Ia pun berlutut sembari menancapkan pedang milik James di samping Batu Nisan Milik Edgar.

“Yangmulia Raja James, menyampaikan salam terakhir untuk sahabat satu-satunya, Tuan Edgardo La Artie.”

Setelah itu, Ajudan tersebut pun berjalan menuju Estelle dan Estellio. “Salam Tuan Duke Estellio dan Tuan Putri Estelle. Turut berdukacita atas kehilangan orang yang sangat berharga di dalam hidup kalian. Saya Arthur Merge, Ajudan yang mulia Raja James De Amber. Memberikan sebuah surat untuk kalian berdua. Kondisi tubuh beliau kini sedang tidak baik-baik saja, Jadi beliau mengirim saya untuk menghadiri upacara pemakaman Tuan Edgardo La Artie.”

Estellio menerima sebuah surat yang terdapat cap kerajaan di Amplop tersebut.

“Kalau begitu, saya pamit.”

Setelah itu, Upacara pemakaman di akhiri dengan turunnya hujan yang sangat lebat. Seolah-olah tahu akan perasaan mereka saat ini, Hujan turun begitu deras hingga menutupi pandangan Estelle. Semua orang yang hadir di upacara pemakaman tersebut pun langsung bergegas pamit, begitupun Estellio yang sibuk mengantarkan para tamu pamitan.

Sedangkan Estelle, ia masih berdiri sembari menatap kuburan sang paman yang bersebelahan dengan kuburan ayah dan ibunya. Airmata nya yang jatuh tidak terlihat oleh orang lain, karena menyatu dengan Air hujan, Estelle sedang tidak baik-baik saja. Orang yang ia cintai selama ini, selalu tidak berumur panjang. Mengapa harus terjadi? Mengapa ia harus menerima semua ini?

Saat Estelle tengah menangis meratapi takdirnya yang tidak baik-baik saja itu. Estellio menghampiri Estelle, ia pun memeluk Estelle erat, Estelle nyaman akan pelukan yang di berikan oleh Estellio, ia pun menuangkan semua perasaan sedihnya di dalam pelukan Estellio.

Tidak ada orang yang melihat mereka berdua tengah menangis. Di lapangan itu, lapangan luas yang dimana terdapat kuburan leluhur keluarga Artie, Mereka berdua menuangkan perasaan sedihnya di bawah Rintik Hujan. Mereka tidak peduli akan Resiko yang mereka hadapi Setelah terkena air hujan yang dingin itu, Jika tubuh mereka sakit setelah ini, mereka tidak peduli. Jika di bandingkan dengan perasaan sakit di hatinya, maka apapun yang menyerang tubuhnya, tidak akan berasa.

“Estellio, aku ingin mengurung diri di kamar, Jangan biarkan siapapun masuk ke dalam kamar ku,” ujar Estelle lesu.

“Kenapa kakak mengurung diri?”

“Aku hanya ingin menenangkan diri ku sendiri, Ellio.”

“Baiklah, jika itu mau kakak.” Estellio menuruti semua permintaan saudara kembar nya itu. Estellio menyuruh para pelayan untuk menutup pintu gerbang dan semua pintu, dan ia memerintahkan untuk melarang siapapun orang yang masuk ke dalam kediaman Duke Artie. Sekalipun itu Raja.

Kabar Duka ini, di ketahui oleh seluruh Rakyat kerajaan Amber, berkat kontribusi keluarga Duke Artie yang sampai saat ini tidak pernah di lupakan oleh para rakyat kerajaan Amber, mereka pun memasang bendera berwarna hitam dan memakai baju berwarna hitam selama satu Minggu. Ini menandakan bahwa mereka ikut bersedih atas kepergian orang yang telah memberikan mereka kenyamanan sampai saat ini.

Namun, Kabar ini memberikan dampak yang tidak baik di kalangan Rakyat, maupun di kalangan bangsawan. Tidak sedikit orang yang berkomentar buruk tentang kehadiran Edward saat hari kematian Edgar. Mereka mempertanyakan keberadaan Edward, meski mereka tahu, bahwa Edward tengah berada di kerajaan League untuk menyambut hari perayaan berdirinya kerajaan League.

Bahkan para bangsawan pun mencibir tentang perilaku Edward yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Terutama Hari penting seperti acara pertunangan pun di tiadakan hanya untuk memenuhi tanggung jawab nya untuk pergi ke Kerajaan League. Sedangkan mereka tidak mengetahui, bahwa Raja Saat ini sedang sakit parah, hingga Edward memutuskan untuk pergi mewakili kerajaan nya.

Saat komentar-komentar jahat tentang Edward tersebar luas, fraksi bangsawan yang tidak mendukung posisi Edward sebagai putra mahkota pun, mengambil kesempatan untuk menjatuhkan harga diri Edward.
Mereka yang ingin menurunkan Edward dari tahta, telah menyalakan api yang sangat besar, hingga membuat para Fraksi bangsawan terpecah belah.

Kejadian ini, adalah titik awal Edward menjadi lebih dingin dan lebih berambisi untuk membuktikan bahwa Dia layak. Sehingga melupakan keberadaan Estelle, wanita yang di cintai nya.


***
Tbc
See you Again.

I love you❤


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Edward: I found You For This life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang