Chapter 3 - Forgiveness

773 74 16
                                    

-Ola-

Aku memeluk Dian yang sedang terduduk rapuh. Riana dan Lili mengusap punggungnya. Aku menatap the boys dari bawah dengan sinis.

"D-dian" kata Liam ingin membantunya berdiri. The boys melihat Dian dengan tatapan bersalah.

"Udah, kalian gausah bantuin Dian setelah tadi bantuin Silva !" Aku geram. Aku tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi salah kami karena kami tidak segera datang untuk melerai mereka, padahal jarak kami tidak begitu jauh daripada the boys. Aku bisa jamin Silva kesakitan dan jatuh tadi adalah acting. Ya acting, she was hide her true color.

Dian masih menangis dipundakku, dan aku mengusap kepalanya. Mencoba memberinya sentuhan kenyamanan.

The boys masih berdiri dan bingung dengan apa yang terjadi.

"Aku gak tau kalo masalah adegan tadi akan berakhir seperti ini" kata Niall.

"Aku kira semuanya udah kelar" Louis ikut bicara.

"Tapi kan ga seharusnya Dian kaya gitu ke Silva" Liam protes.

"Sebenernya yang salah Silva atau Dian?" Harry menyaut.

"Dian, kamu kenapa nangis?" tanya Zayn.

Seketika the boys ricuh dan itu membuat kami pusing.
"Bisa diem gak!!" Riana berteriak marah.
"Dengan kalian ngomong kaya gitu terus, kalian malah makin menyudutkan Dian. Kalian ga akan tau apa yang Dian rasain. Jadi, please. Respect. Do you hear that?"

Mereka semua diam.

"She is crying out loud!" Kata Riana lagi. Kami semua mendengar Dian masih terisak-isak dipundakku.

"Sebaiknya kita bicarain ini nanti" kataku.

Kami semua diam.

Riana menyuruhku untuk segera membawa Dian berdiri dan mengiringnya ke parkiran nenuju mobil Riana. Matahari baru saja terbenam dan hari sudah gelap, padahal shooting sudah selesai 1 jam yang lalu. Saatnya kami istirahat di hotel yang telah Annie persiapkan.
Sedangkan Riana dan Lili masih disana bersama the boys.


-Lili-

"Gimana ceritanya?" Kata Niall penasaran.

"Kita ga punya waktu panjang buat jelasin disini, lebih baik sekarang kita jernihin dulu pikiran masing-masing. Nanti jam 9 kita ketemu buat ngomongin ini" kataku dengan nada profesional.

Mereka semua mengangguk, aku dan Riana meninggalkan mereka. Kami berlari kecil ke arah Ola yang berjalan ke parkiran mobil.

Dengan nafas yang masih sesengukan Dian bersedia mengemudikan mobil karena hanya dia yang bisa melakukannya. Akhirnya kami pun sampai di hotel Savoy homan, tempat yang katanya Annie sudah dipesan untuk kami istirahat.

..............................

Kamar The Boys

..............................

-Riana-

Setelah waktu menunjukkan tepat pukul 9 malam, kami semua berkumpul di kamar the boys, kecuali Dian untuk mengklarifikasi masalah tadi. Kami membiarkan Dian sendiri di kamar sebelah dan memberikan waktu padanya untuk menenangkan diri dari kejadian yang tidak menyenangkannya tadi sore.

Setelah selesai menceritakan apa yang sudah kami lihat dengan sudut pandang kami, kami pun berada dalam keheningan menunggu respon mereka. Aku, Lili dan Ola saling bertatapan dengan penuh tanya, tanpa Dian.

"So..." Aku angkat bicara. "Kalian lebih percaya siapa?" Lanjutku membuka pembicaraan.

The boys saling bertatapan dan Louis menggaruk kepalanya. Mengacak-acak rambutnya ke segala arah.
"Well... Kami ga bisa nyalahin Dian atau Silva dari kejadian tadi sore. Tapi ada yang ingin kami tanyakan" Louis menoleh ke arah Zayn.

Terjebak Bersama The Boys 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang