-Dian-
Dengan amarah yang memuncak, aku berjalan mendekati Harry yang sedang berdebat dengan laki-laki berambut merah.
"Dari apa yang aku lihat, perlakuan kamu terhadap Riana tadi sangatlah buruk!" kata si rambut merah yang berdiri membelakangiku.
"Michael, kamu tidak perlu ikut campur. Biarkan Riana dan the girls tahu bahwa kami selama ini sedang berusaha melindungi mereka!" jawab Harry, mereka berdua belum menyadari keberadaan kami.
"Siapa dia?" tanya Ola berbisik padaku. Aku mengangkat bahuku. "Gak tahu La.. Aku belum lihat mukanya"
"Tapi mereka perempuan dan kamu salah memperlakukan perempuan!" si rambut merah yang kudengar namanya adalah Michael membalikan badannya dan mukanya terlihat kaget saat melihatku dan Ola sedang berdiri di sini.
Dia berjalan melewatiku dan Ola sambil tersenyum lemah. Aku memperhatikan punggungnya yang semakin menjauh dan dia berlalu keluar tenda.
Tunggu.. Aku sepertinya tahu siapa dia.
"Mau apa kalian kemari?" tanya Harry sewot.
"Justru aku yang mau bertanya. Kenapa kamu malah membuat Riana menangis!" aku membentaknya.
"Riana menangis?" tanya Harry, alisnya turun kebawah.
"Ya, kamu gak perlu sok peduli gitu deh! Aku tahu apa yang kamu katakan pada Riana dan aku tidak terima!" Aku menyilangkan kedua tanganku di dada.
"Yap Harry, kamu benar-benar memperlakukan the girls tidak sesuai kodratnya. Kami perempuan dan hati kami selalu bekerja lebih banyak. Wajar saja jika Riana menangis karena sakit hati. Aku kecewa ternyata begini cara kalian memperlakukan kami. Kalian menggantungkan kami selama lima bulan dan dengan mudahnya kamu bilang kita tidak perlu berhadapan lagi dengan kalian?" kata Ola dengan sedikit marah. "Hah.. Kalian sakit!"
"I didn't mean to hurting her, I just told her what happen in the five months ago!" dia mengusap mukanya dengan kedua tangannya.
"Just told her? Yeah, you told her with your fucking words and make her hurt. Sorry Harry, I can't stand anymore!" Aku memutar badanku dan berjalan meninggalkannya. Sebenarnya masih banyak kata yang ingin aku ucapkan padanya, tapi percuma saja. Harry sedang tidak sehat, jika berhadapan dengannya saat ini dia akan menjadi lebih sakit.
"Fine, we have to say goodbye now. Because, we won't to see each other anymore like your wish" kata Ola, dia berjalan menyusul di belakangku dan kami berdua berlalu keluar tenda. Saat kami berdua keluar dari tenda, para donatur kembali masuk dan acara kegiatan sosial berjalan normal seperti semula. Meski aku mendengar sedikit selenting mereka sedang membicarakan kami.
Aku mencari Riana dan Lili, aku yakin mereka tidak akan pergi jauh-jauh dari tenda ini. Aku dan Ola berpencar untuk mencari Riana dan Lili dan janjian selama 10 menit lagi kami bertemu di depan tenda pos buku.
Berjalan menelusuri keramaian, aku menabrak seseorang hingga tidak sengaja menginjak kakinya. Dia berteriak di telingaku karena kesakitan. Aku melihat ke bawah dan mendapati aku menginjak kaki seseorang yang sedang di perban. "Ooops sorry!!" aku menutup kedua mulutku, lalu mataku beralih untuk melihat siapa pemilik kaki ini.
"Watch your foot!!" dia menghardikku.
"Sorry, I didn't mean to!"
"Calum, Calum, calm down" kata seseorang berambut blonde yang bertindik di mulut.
Calum? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.
"Maaf aku tidak sengaja" aku meminta maaf pada si rambut blonde dan Calum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersama The Boys 2
Fanfic"Bagaimana jika diantara persahabatan kami yang sudah terpupuk selama ini bersama The Boys, dihancurkan oleh satu orang yang iri dengan kedekatan kami??" [Buku ini adalah buku kedua dari Terjebak Bersama The Boys. Cerita ini menghadirkan tokoh baru...