Chapter 48 - Crazy fighting

503 76 38
                                    

-Ola-

Tidak salah lagi, foto kelima orang laki-laki yang ada di balon itu ternyata ONE DIRECTION!!

"Apa yang mereka lakukan disini??" aku bertanya pada diriku sendiri, namun karena suaraku terlalu kencang, Riana menjawab pertanyaanku. "Aku gak tahu deh yang jelas mereka pasti melakukan kegiatan sosial seperti yang ramai diberitakan di majalah remaja itu" jawabnya.

"Kalau begitu sekarang giliran mereka kunjungan ke Singapura?"

Mereka bertiga mengangguk.

"Kalau begitu, kita pasti, P A S T I bakal ketemu sama mereka?"

Mereka menggeleng dan mengangkat bahu tanda tidak tahu. Aku berdecak kesal dan berjalan meninggalkan jendela. Tidak ingin melihat wajah the boys mengambang di langit. Aku ingin bertanya pada Nick sekarang juga, apakah dirinya memang sengaja mempertemukan kami dengan the boys, atau memang semua kejadian ini adalah secara kebetulan semata.

...

Malam pun tiba, kami semua berkumpul di ruang makan dan dengan lahap kami berempat memakan semua makanan yang Nick tawarkan. Selain makanannya enak-enak, menu khas Singapura, juga kami ditraktir makan oleh Nick. Aku bersyukur betapa beruntungnya aku bisa mengenalnya. Sayang, umurnya terpaut jauh denganku. Eh, aku mikir apa sih.

"Jadi, kami tadi sore lihat balon bergambar One Direction mengambang di langit dekat hotel kita. Apa Nick tahu soal ini?" tanya Dian secara tiba-tiba pada Nick. Aku langsung berhenti mengunyah makananku dan seketika kehilangan selera makan. Perutku terasa tergeletik hanya mendengar nama 'One Direction', entah kenapa nama itu menjadi nama yang sensitif bagiku selama lima bulan terakhir.

Nick menatap keluar jendela dan terlihat sinar lampu taman terpantul di matanya yang coklat, dia menghela nafas, "Sejujurnya aku baru tahu seminggu yang lalu saat manajerku memesankan kamar untukku disini" jawabnya. Kemudian pandangannya kembali beralih pada kami berempat.

"Kenapa Nick gak bilang seminggu sebelumnya?" tanya Riana sedikit kecewa.

"Ya, maafkan aku girls, tapi kalau aku kasih tahu kalian, apa kalian akan membatalkan undanganku? Undangan resmi dariku? Undangan konser amal?" dia menyandarkan dagunya di kedua tangannya yang bertumpu di meja makan.

"Aku gak tahu, tapi..." jawab Riana ragu.

"Aku ingin kalian tetap bisa maju dan memiliki semangat. Aku tahu kalian agak depresi jika mengingat mereka. Aku tahu perpisahan kalian sangatlah sulit untuk dilupakan dan menyisakan sedikit luka. Tapi hey! Kalian masih sangat muda dan cantik, aku ingin mereka tahu bahwa kalian masih bersinar seperti dulu kala. Aku ingin mereka tahu bahwa kalian tidak kehilangan semangat karena kalian tahu mereka ada disini!" kata Nick dengan mata yang berkaca-kaca. Entah mengapa dia yang menjadi sangat emosional disini.

"Nick, maaf.." kata Dian dan Riana secara bersamaan.

Nick menggeleng sambil menyeka air matanya, "Tidak apa. Jadi, kalian akan tetap datang ke konser amal itu kan?" dia tersenyum hambar.

Aku menunduk dan serius menatap piring yang ada dihadapanku.

"Ya, Nick.. aku, maksudku kami semua tetap akan datang" jawabku pura-pura bersemangat.

Nick tersenyum, "Bagus. Karena ini konser amal, jadi konsep konsernya seperti panggung dadakan yang ada di tengah-tengah jalan, yang memiliki tiket bisa duduk di barisan paling depan dan itu kuotanya sangat terbatas. Yang tidak memiliki tiket bisa menonton di belakang. Kalau mau sambil melakukan kegiatan amal kalian bisa menyumbangkan atau mendonasikan sebagian dari harta kalian di pos-pos tertentu. Barang dan uang yang kalian berikan akan digunakan untuk korban bencana alam yang masih tidak memiliki rumah hingga saat ini dan kepada fakir miskin atau gelandangan dan beberapa orang yang membutuhkan bantuan" Nick menjelaskan.

Terjebak Bersama The Boys 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang