-Riana-
"Gimana,Li.. Kamu udah mendingan? Semalem parah banget.." tanyaku pada Lili sambil memberinya segelas air mineral.
Dia meneguknya kemudian mengangguk pelan.
"Mendingan kok.. Kemarin reaksi obat aja jadi keringetan gitu.. Udah tenang aja" dia tersenyum sambil mengembalikan gelasnya padaku.
"Sip deh.. Aku telepon pak Karyo dulu kalo gitu."
Aku berjalan dan bersandar di pagar balkon. Mencari kontak Pak Karyo dari HP-ku dan menekan lambang telepon untuk menghubunginya.
Beruntungnya the girls sudah mengganti kartu sim saat perjalanan menuju rumah Dian, supaya tidak diteror Annie atau silva dan yang lainnya.
Langit masih berwarna biru kekuninganan, matahari belum sepenuhnya terbit, aku harap Pak Karyo sudah terbangun.
"Hallo?" jawabnya setelah di nada sambung ke lima.
"Pak?"
"Ada apa Dek Riana?" suaranya terdengar serak seperti baru bangun tidur.
"Ini Pak, hari ini Riana sama temen-temen mau ke rumah Pak Karyo ada urusan yang genting banget Pak. Pak Karyo gak kemana-mana kan?"
"Genting? Waduh.. Ya ya boleh boleh. Bapak beresin rumah dulu yah.. Maklum rumah bapak sempit. Buat berapa orang Dek?"
"Dengan Riana jadi ada sembilan"
"Sembilan? Aduuh"
"Gimana Pak? Bisa?" aku menggigit kuku.
"Bisa-bisa" terdengar suara khawatir dari seberang sana.
"Satu lagi. Jangan bilang mama papa yaa"
"Oh iya iya. Siap"
Aku menghela nafas lega setelah menutup sambungan telepon.
Pak Karyo belum menikah. Umurnya tidak begitu tua sih, Pak Karyo masih berumur 28 tahun. Tapi aku memanggilnya 'Pak' sebagai tanda penghormatan. Beliau sudah mengabdi menjadi supir selama 5 tahun. Dia orang kepercayaanku.
Setelah mendapatkan keputusan dari Pak Karyo, aku kembali berjalan ke kamar Dian untuk mempersiapkan barang-barang.
Tak membutuhkan waktu cukup lama untuk membereskan barang-barang. Karena sebagian barang yang memberatkan aku titipkan di rumah Dian. Kami masih belum memiliki rencana mau kemana lagi setelah konser Demi.
Setelah semuanya siap, aku dan the girls berjalan ke bawah untuk mempersiapkan sarapan.
"Mana One Direction kalian itu?" tanya kakak Dian dengan rambutnya yang masih basah. Terlihat baru selesai mandi dan aroma shampoo sangat jelas tercium. Dia sedang membuat teh untuk dirinya sendiri.
"Aku cek dulu" kata Dian.
Sambil menunggu Dian mengecek the boys ke kamar, aku dan Ola mempersiapkan bahan nasi goreng. Aku tidak tahu apakah orang bule cocok makan nasi goreng sebagai sarapan atau tidak, tapi kalau the girls yang masak biasanya mereka selalu makan dengan lahap.
"Gimana kabar kalian?" tanya kakaknya Dian.
Aku mengambil telor di kulkas. "Aku baik, Lili udah agak mendingan katanya"
Dia mengangguk dan memakan roti selai yang dia buat sendiri.
"Kakak udah tahu lama sih kalian terlibat dengan One Direction. Sekitar setahun yang lalu kan? Berita kalian tersebar gara-gara waktu kalian terjebak di Sky Garden Bali itu" katanya sambil mengunyah.
"Iya kak.. Itu bener-bener kejadian memalukan" jawab Ola sambil mengiris bawang.
"Terus terang aja, kakak khawatir kalian main bareng sama mereka... Yah.. Sebenernya kakak bangga sih kalian bisa terlibat dengan mereka dan menjalin pertemanan. Tapi ya itu resikonya.. Media.. Kalian udah jadi sorotan media dan selamanya nama kalian bakalan ada di catatan sejarah" kata-katanya membuat bulu kudukku berdiri. Aku merinding betapa mengerikannya dunia entertainment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersama The Boys 2
Fanfiction"Bagaimana jika diantara persahabatan kami yang sudah terpupuk selama ini bersama The Boys, dihancurkan oleh satu orang yang iri dengan kedekatan kami??" [Buku ini adalah buku kedua dari Terjebak Bersama The Boys. Cerita ini menghadirkan tokoh baru...