Chapter 23 - Find Out

641 72 10
                                    

-Dian-

"Ehm" aku berdehem memecahkan keheningan.

Aku sadar mungkin pertanyaanku tadi adalah hal yang terdengar sensitif bagi mereka. Bagaimanapun juga diantara mereka ada yang tidak melanjutkan sekolah maupun kuliah, setauku sih begitu. Lagi pula umur mereka sama seperti kami, paling jauh hanya berbeda tiga tahun, itu pun dengan Louis.

Mereka sudah terkenal semenjak kami berempat masih di bangku sekolah. Keren.

"Well.." aku bersuara, meskipun suaraku terdengar jelek karena tertahan.

The boys masih berdiam. Memakan Lasagna dengan tenang, tidak seperti beberapa menit sebelumnya.

Louis menatapku bingung. "Orang tua kamu kemana?" dia mengalihkan pembicaraan.

Aku tersenyum, sedikit senang menyadari Louis tidak tersinggung. Tapi untuk yang lain aku tidak tahu.

"Di Serang. Aku asli sana.. disini semenjak sekolah dan kuliah aja" aku mengunyah suapan terakhirku.

"Emang mereka gak pulang? Atau kamu emang tinggal sendiri disini?" Liam bertanya.

"Oh, enggak.. biasanya kami semua tinggal disini, cuma karena sekarang lagi liburan, mereka ke Serang" aku menjelaskan.

"Semua?"

"Iya, aku punya kakak satu"

Mereka berdua mengangguk. Suasana masih terasa awkward.

Zayn menjatuhkan garpunya ke piring dan kami semua menoleh ke arahnya. "Kenapa Zayn?" tanya Lili.

"Nope. I'm okay.. sorry" dia tersenyum sambil beranjak berdiri dan berjalan menuju tempat cuci piring. Beberapa detik kemudian terdengar suara air yang keluar dari keran, Zayn mencuci piring dan gelas kotornya sendiri. Rajin juga.. biasanya the girls yang selalu membersihkan.

"Waaaw makanannya enaaak!!!" Niall merentangkan tangannya ke udara. Suasana kembali ceria lagi, syukurlah.

"Girls, sebagai penghormatan, kita yang bakal cuci piring kalian" kata Harry tiba-tiba sambil tersenyum.

"Huuu thank you" jawab kami berempat serempak sambil memberikan mereka piring kotor.

The boys mencuci piring sementara the girls membereskan meja makan dan peralatan lain yang tadi dipakai untuk memasak.

"Kalian malem minggu biasanya ngapain?" tanya Riana sambil menggigit Astor.

Harry mengelap tangannya yang basah ke baju berwarna putihnya. "Malam minggu? The boys Random sih.. kadang main game bareng, nonton film, jalan-jalan.. atau ke night c-" dia menghentikan ucapannya.

"Oh... I see" jawab Riana mengerti.

Aku tau Harry mau menyebutkan night club, atau bar, atau semacamnya yang seperti itu. Mungkin mereka merindukan suasa itu.

"So.. sekarang kita ngapain nih? Komplek kamu kok sepi gini yah?" Niall berjalan melewatiku.

"Yah.. komplek elit selalu sepi meski tahun baru.. jadi aku sering ngerasa bosen, terus kadang nginep di rumah temen atau kosan temen" jawabku.

"Pengen main ke rumah the girls yang lain" kata Liam.

"Boleh, tapi gak bisa minggu-minggu ini" Ola menyahut.

Kami semua serempak berjalan menuju ruang TV. Lagu masih melantun dengan keras, karena aku merasa ini sudah agak larut malam, aku pun mengecilkan volume-nya supaya tidak terdengar sampai luar.

Terjebak Bersama The Boys 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang