-Riana-
*ting*
Pintu lift pun terbuka di lantai b2.
"Aaaaak" teriak seorang perempuan yang baru ditampar tepat di hadapan kami semua. Dia menutup mukanya dengan kedua tangannya, dia hendak menangis.
Kami bersembilan tidak jadi keluar lift, dan hanya mematung disini, kami semua tercengang melihat pemandangan yang ada didepan kami.
Betapa kagetnya kami saat pintu lift terbuka, ada seorang perempuan sedang ditampar oleh seorang laki-laki didepan pintu lift yang sedang terbuka. Dengan cepat tanggap, aku menekan tombol b1 untuk menghindari pemandangan sadis tersebut.
"Tunggu!!!" kata perempuan itu langsung masuk menerobos lift dan berdiri ditengah kami bersembilam.
"You!!! You Little b-" teriak seorang laki-laki yang menampar, terpotong karena pintu lift segera tertutup.
Perempuan itu segera menghapus air matanya dan merapikan rambutnya yang sedari tadi menutupi mukanya.
Dia menatap kami semua dengan tatapan kaget."Th-the boys?? K-kalian?" katanya.
"SILVA????" Kami bersembilan kaget,
*ting* suara pintu lift terbuka dilantai b1 memecahkan suasana kaget.
Aku melangkahkan kaki keluar, diikuti dengan yang lain.
"Silva, why are you crying?" tanya Liam khawatir.
Mmm mulai deh..
"Iya, kamu kenapa ditampar tadi?" Niall ikutan panik.
"A-a.. aku..." katanya terisak-isak. Sekarang Silva menangis, dan kami berempat tidak memiliki respect padanya. Kami tidak peduli dia sedang menangis atau tidak. Meski kami berempat tahu bahwa dia sudah ditampar oleh seorang laki-laki didepan mata kami sendiri, kami tidak ada rasa iba padanya. Jahat? iya. Malah harus.
Aku sempat berfikir, ternyata orang yang suka cari masalah, memiliki masalah juga?
Dengan segera Liam memeluknya dan Silva menangis di dadanya Liam, untungnya lantai b1 sedang sepi sehingga kami tidak dijadikan sebagai tontonan.
"Sssshh... sudah sudah, sekarang, kamu mau kemana? Cerita sambil pulang yuk?" kata Liam sambil menenangkan Silva.
Silva mengangguk dan menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya Liam.
"Boys.. Cuanki nya?" tanya Lili khawatir.
The boys menatap kami berempat dengan tatapan sinis sambil menggelengkan kepala.
"Kalian jangan egois, Silva lagi kena masalah..." Louis menyeramahi kita berempat.
"Loh? Lili cuma nanya bukan berarti egois, Lou" aku membela Lili. "Siapa tau Silva mau Cuanki juga? Ajak aja" aku melanjutkannya dengan nada ragu.
"Sekarang kita anter dia pulang, baru kamu bisa nanyain Cuanki" katanya.
"Lou-"
"Okay, maafin Lou. Okay?" Harry mengelus rambutku mencoba menenangkanku. Aku menangkis tangannya dan menatapnya sinis.
"Terserah"
Aku berdecak kesal dan pergi meninggalkan mereka semua. Harry mengejarku, dan the girls ikut berjalan dibelakangku dengan sangat kesal.
"Riana! mau kemana??!" Harry menarik tanganku sehingga badanku berbalik kehadapannya.
"Harry, aku capek sekarang, kalau kalian mau manjain dia malem ini, silakan aja. Kami berempat, the girls mau pulang tanpa kalian. Okay?" Aku melepas paksa genggaman tangannya tapi genggaman itu semakin kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersama The Boys 2
Fanfiction"Bagaimana jika diantara persahabatan kami yang sudah terpupuk selama ini bersama The Boys, dihancurkan oleh satu orang yang iri dengan kedekatan kami??" [Buku ini adalah buku kedua dari Terjebak Bersama The Boys. Cerita ini menghadirkan tokoh baru...