Wait!! Please Read this before read the new chapter!
Di chapter sebelum-sebelumnya.. Aku bilang kalau the girls ngirim lewat telegraf, maksudnya bukan kirim lewat telegraf, tapi lewat fax (maklum gak pernah pake yang begituan jadi ya....).
Ntar di edit lagi kalau buku ini sudah selesai, Sekarang untuk sementara anggap saja begitu.
Ok. Here you go!
-Riana-
Mereka berdua menatapku sambil memberikanku senyuman yang paling berbahaya di dunia...
"Annie, kenapa kamu bisa tahu kita semua ada disini!" darahku mulai bergejolak dan lagi, Annie hanya tersenyum miring padaku sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Riana, kamu ini benar-benar kurang teliti. Jelas kami tahu keberadaan kamu karena kamu telah mengirim surat tersebut lewat fax. Disana terdapat nomor pengirim dan manajemen melacaknya dengan suatu cara. Akhirnya manajemen melaporkan bahwa kalian berada disini, dirumah Riana" jelasnya.
Aku berusaha menelan ludahku, dan rasanya tenggorokanku terasa sangat kering, sehingga aku kesulitan menelan ludahku sendiri.
"Surat?" Liam menatapku tajam, lalu menatap ketiga temanku secara bergantian.
"Kalian kirim surat kemana? surat apa? fax? apa maksudnya ini semua?" Dia kebingungan, the boys juga kebingungan."Guuys..." kata Lili pelan.
"Sebentar, ada apa ini. Maksudnya apa ini aku tidak mengerti?!" Harry mulai geram, aku bisa melihat urat muncul dari keningnya.
"Oh.. poor the boys, mau aku jelasin sekali lagi?" kata Annie. Aku hanya bisa menggeleng dan menggigit bibir bawahku.
"Kenapa aku dan Silva bisa tahu keberadaan kalian? Karena aku baru saja menerima kiriman fax dari Riana. Apa yang Riana kirim? sebuah surat untuk manajemen. Manajemen dengan mudah melacak dimana lokasi pengirim berada melalu nomor fax tersebut, lalu manajemen memberitahukannya padaku dan akhirnya aku sampai disini deh.." jelas Annie dengan nada angkuh.
"Riana, kamu kirim surat apa ke manajemen?" The boys menatapku secara serempak ketika Liam bertanya padaku. Aku gelagapan, mulutku terbuka dan tertutup seirama dengan detak jantungku yang berdegup kencang.
"Ak-aku.." aku terbata-bata.
"Riana mengirim surat perjanjian ke manajemen!" kata Silva menjawab pertanyaan Liam. Semua mata tertuju pada Silva lalu kembali tertuju padaku.
"Perjanjian?" Liam semakin kebingungan. Dia maju selangkah untuk bisa mempelajari ekspresi di wajahku.
"Jadi, benar... bahwa kalian berempat masih melakukan kontak dengan manajemen?" tanya Louis secara tiba-tiba pada kami berempat.
"Perjanjian apa sih?" Harry penasaran.
"Aku-"
Aku sudah tidak kuat lagi, aku ingin berteriak sekarang juga!
Ketika aku hendak membuka mulut, seseorang menghalangku. "Riana!" Annie menatapku sinis, tatapannya membuatku terintimidasi. Aku mengerti maksud tatapan Annie. "Ingat janji kamu!" katanya.
Aku mengangguk. Aku hanya bisa menggigit bibirku menjadi sebuah garis di wajahku.
Aku telah berjanji pada Annie bahwa aku tidak akan menceritakan masalah perjanjian itu pada the boys bagaimanapun keadaannya, sehingga Annie juga akan menepati janjinya untuk membuat the boys lebih memiliki ruang privacy mereka. Aku akan diam, aku akan menepati janjiku untuk tidak mengatakan apapun demi kebaikan the boys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersama The Boys 2
Fanfiction"Bagaimana jika diantara persahabatan kami yang sudah terpupuk selama ini bersama The Boys, dihancurkan oleh satu orang yang iri dengan kedekatan kami??" [Buku ini adalah buku kedua dari Terjebak Bersama The Boys. Cerita ini menghadirkan tokoh baru...