-Lili-
"Riana kenapa?" tanya Liam kebingungan.
"Mungkin dia.. Butuh sendiri" jawabku ringan.
"Tadi aku sempet denger pertukaran pelajar" kata Niall.
"Ya.. Begitulah" responku.
"Yeah.. Dia emang dah lama mimpiin pengen sekolah diluar negeri. Maksud aku.. Kami berempat juga pengen"
"Lantas??"
"Kalau aku gak tau, mungkin aku bakal ke luar negeri kalau orang tua aku izinin" jawabku.
"Terus kok kalian sedih begitu? Bukannya ini bagus?" tanya Liam.
"Itu tandanya.. Riana harus pergi empat tahun" timpal Ola.
"Bukannya dia lulus dua tahun lagi?"
Dian menghela nafas.
"Dia emang lulus dua tahun lagi, tapi nyusun skripsi disana dan dapat biaya S2 disana. Begitulah sistem pertukaran pelajar di kampusnya Riana" jawab Dian panjang lebar.
"Hmmm" Liam mengangguk.
"Kalian ada rencana mau keluar Negeri juga?" tanya Harry.
"Aku.. Belum mikir kesana.." jawabku.
Kami bertiga saling berdiam. Aku masih belum siap untuk ditinggalkan Riana. Karena kami sudah berjanji jika lulus bersama kami akan pergi ke Disneyland dan mulai menabung dari sekarang. Tapi jika dia pergi?
"Well.. Life is beautiful, isn't it? Don't think too hard about future, because the most beautiful life is here, right now"
Ucapan Harry menjadi quote di dalam otakku. Benar juga, kenapa orang selalu mencemaskan masa depan. Padahal yang harusnya dicemaskan adalah hari ini, saat ini juga. Karena hari ini lah yang menentukan masa depan.
"So, girls.. Talk to her. Now" kata Louis pada kami semua. Dagunya menunjuk pada pintu kamar Riana yang berada di lantai dua.
Kami bertiga saling berpandangan.
"Thank you.." jawab kami bersamaan. Seraya berdiri dan berjalan melewati mereka.
Akhirnya kami bertiga berjalan menuju kamarnya Riana yang berada di lantai dua.
Aku mengetuk pintu kamarnya ketika sudah sampai didepan pintu. Lalu terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, dan suara kunci pintu yang terbuka.
Kami bertiga berdiam cukup lama menunggu pintu terbuka, karena tak kunjung dibuka juga, akhirnya aku yang membuka pintu.
Aku, Ola, dan Dian berjalan masuk ke kamarnya dan aku kembali menutup pintu yang ada di belakangku.
Kami mendapati Riana sedang membaca surat dengan sangat serius. Mulutnya menganga namun ditutup oleh tangan kirinya. Dahinya mengerenyit seiring dia memahami kata demi kata yang sedang di bacanya.
"Oh my god.." ucapnya pelan.
"Oh my god.." dia mengulang lagi.
"Kenapa, Ri..?" tanyaku.
Dia memperlihatkan selembar surat yang dia genggam pada kami bertiga.
Aku mengambil kertas itu dari tangannya. Dian dan Ola berdiri disampingku untuk bisa mengintip isi surat yang aku pegang. Ternyata bukan selembar. Ada dua.. Oh tidak, ada tiga. Apa ini maksudnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersama The Boys 2
Fanfiction"Bagaimana jika diantara persahabatan kami yang sudah terpupuk selama ini bersama The Boys, dihancurkan oleh satu orang yang iri dengan kedekatan kami??" [Buku ini adalah buku kedua dari Terjebak Bersama The Boys. Cerita ini menghadirkan tokoh baru...