-Liam-
Bagaimana ini? Aduh.. aku malas jika harus berurusan dengan yang seperti ini, baiklah aku kabur saja kalau begitu.
Aku melangkankan kakiku dengan cepat untuk berusaha kabur, namun usahaku digagalkan oleh sekawanan perempuan yang haus kasih sayang. God..
"LIAAMMM AAAAKKK" mereka berteriak ditelingaku, suara mereka seperti anjing yang sedang menggonggong kelaparan. Oh maafkan aku telah menyamakan mereka dengan anjing. Ini tidak adil bagi anjing di dunia ini.
"Aaaaakkkk" mereka menarik-narik tanganku dan salah satu orang diantara mereka berusaha melepas kacamataku. Aku menangkisnya dengan segera.
"Woooy Jukiiii!!!" Seseorang berteriak kearahku. Aku mencari dimana sumber suara itu dan ternyata dia adalah Riana..
"Riana!" Sontak aku berteriak memanggil namanya seolah dia adalah cahaya yang datang dari lubang kecil diruangan yang sangat gelap. Mataku berbinar-benar menatapnya seolah harapanku untuk hidup ada kembali.
Sejujurnya aku tidak sanggup diburu seperti ini oleh fans fanatik, aku manusia, bukan makanan yang seenaknya dikerubungi dan ditarik-tarik.
"Riana!" Aku berteriak lagi.
Semua perempuan yang sedang mengerebungiku sontak menoleh kearahnya.
Aku memberinya senyuman.Tapi.. Kenapa dia malah memasang muka marah seperti itu?-Riana-
Liam ini bodoh atau bagaimana? Kenapa dia berteriak memanggil namaku seperti itu?
Tuh kan, akibatnya perempuan-perempuan itu menatapku dengan tatapan sadis.Fine, sepertinya aku akan memaafkannya untuk saat ini. Saat ini saja, karena aku dan the girls sudah memiliki rencana untuk menolong mereka. Untuk yang kesekian kalinya.
"Woooy lu! Jukiii ngapain di sono??" Aku berteriak kearah Liam. Liam tidak menjawabku dan mulutnya sedikit menganga. Sudah kuduga. Dia tidak mengerti apa yang aku ucapkan.
"Yaelah Juki.. Jangan berlagak bego lu, sini !!" Aku memanggil Liam dan tanganku membuat gesture untuk menyuruhnya kemari.
"Juki?" Kata salah satu perempuan yang sedang menarik tangan Liam.
"Iya, mbak. Dia Juki temen sekomplek saya" jawabku sambil memasang ekspresi yang sangat polos.
Perempuan itu melepaskan tangannya dari tangan Liam. Menatap kearahku kemudia kembali menatap Liam.
"Tapi dia kan Liam One Direction" katanya agak bimbang. Perempuan-perempuan lain yang sedang mengerubungi Liam menjadi sama bimbangnya.
Bagus, sampai sini aku berhasil.
-Dian-
Aku mendapatkan giliran untuk menolong Zayn, dan menolong Zayn adalah tugas paling berat karena dia yang paling banyak dikerubungi. Dia sampai kewalahan ingin mencari celah kecil untuk jalan keluar, tapi usahanya selalu digagalkan oleh fans tersebut.
Aku mengambil tisu yang ada didalam tasku, menggulungnya untuk dibentuk seperti bola dan segera aku lemparkan ke mukanya Zayn. Oops
Kertas itu tepat sekali mendarat di hidungnya Zayn.Para fans segera menoleh kearahku dengan tatapan membunuh.
"Hei, kamu jangan berani-berani lemparin suami aku tisu kayak gitu!!" Kata perempuan tersebut.
Apa? Suami?
"Maaf, itu suami saya. Bukan suami anda" jawabku sambil menyilangkan kedua tanganku di dada.
"Hahahha, ngimpi deh kamu." Katanya lagi sambil menatapku sinis kemudian kembali menatap Zayn dengan wajah memohon ingin selfie.
"Mba, mba maaf permisi-permisi." Aku menerobos kerumunan tersebut.
Zayn sedaritadi hanya melihatku dengan tatapan bingung. Dia pasrah tubuhnya ditarik-tarik oleh fans.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersama The Boys 2
Fanfiction"Bagaimana jika diantara persahabatan kami yang sudah terpupuk selama ini bersama The Boys, dihancurkan oleh satu orang yang iri dengan kedekatan kami??" [Buku ini adalah buku kedua dari Terjebak Bersama The Boys. Cerita ini menghadirkan tokoh baru...