-Seminggu kemudian-
...........................
Campus
...........................
-Riana-
Aku terduduk di kursi sofa tamu yang sangat empuk ini. Aku dibiarkan menunggu selama lebih dari setengah jam untuk bisa mengetahui apakah aku masih layak mendapatkan beasiswa atau tidak. Aku tertunduk dan menatap ke lantai, menunggu seorang ibu-ibu bernama Bu Rena masuk dan memberikanku sebuah kabar yang bagus.
Tak berapa lama pintu terbuka, suara engsel pintu berdecit membuatku menoleh ke arahnya. Suara heels sepatunya memenuhi ruangan dan aku langsung menegakan posisi dudukku.
"Riana.."
"Ya, Bu?" jawabku degdegan.
Dia menggeleng dan menatapku penuh iba. "Masalah beasiswa kamu adalah masalah pertama yang pernah terjadi di kampus kita.."
Aku mengangguk dan menggigit bibirku.
"Bukan karena kamu anak bermasalah. Kamu itu anak pintar dan rajin, tapi kami juga semua tahu kamu pernah berkasus semasa kamu SMA dengan beberapa pers dan media bahkan sampai luar negeri.."
Aku menunduk dan tersenyum lemah, kemudian kembali menatap Bu Rena.
"Dan.. baru-baru seminggu yang lalu kamu lagi-lagi terlibat dalam sebuah berita dan pers. Kampus kami menjadi waswas karena takutnya kamu akan membawakan berita negatif terus-menerus..."
"Memangnya itu berita negatif ya, Bu?" aku memotongnya.
"Hampir berita negatif. Pertama kamu dan ketiga teman kamu di tuduh aneh-aneh di Sky Garden Hotel Bali kala itu. Kedua kemarin, kamu sempat ribut di Bandara, meski sepenuhnya hanya salah paham dan telah di klarifikasi bahwa kalian memang tidak dinyatakan bersalah sepenuhnya, tetap saja kampus menjadi waswas..."
Aku menggigit bibirku mendengarkan pernyataannya.
"Dari mana kalian bisa kenal One Direction?"
"Tidak sengaja bertemu di Yogyakarta, Bu.."
"Okay..." dia mendesah dan menatap tembok yang ada di belakangku. "Sekarang masalah beasiswa kamu sedang di perbincangkan, sebentar lagi kita akan mengetahui hasilnya." lanjutnya.
Aku mengangguk lagi.
Datanglah seorang perempuan yang aku rasa dia adalah sekretariat jurusan yang baru di kampus ini. Dia cantik dan nampak seumuran dengan Louis. Dia menatapku dingin lalu memalingkan matanya padaku dan tersenyum ramah pada Bu Rena, istri rektor di kampus ini.
"Ini Bu, laporan hasil diskusi Dosen dan Dekan jurusan mengenai beasiswa Riana." kata si sekretariat baru.
Dia menyerahkan setumpuk file, lalu berlalu pergi begitu saja setelah di usir secara halus oleh Bu Rena.
Bu Rena kembali duduk dan membuka file tersebut. Aku berusaha ingin membacanya dari jarak sejauh ini, tapi karena kertasnya terlalu tebal, maka aku tidak bisa melihat tinta yang menembus di bagian belakang surat.
"Suami saya sedang pergi Haji. Jadi, semuanya di serahkan pada saya, Riana.." dia mengambil beberapa lembar dari dalam file dan mengeceknya satu persatu. "Meski papa kamu adalah sahabat karib suami saya selama SMA dulu, kami semua harus tetap bertindak adil. Saya tidak bisa seenaknya memberikan kamu beasiswa tanpa ada rapat terlebih dahulu. Kamu mengerti kan?"
"Iya, Bu.."
"Nih, baca"
Bu Rena tersenyum padaku dan memberikanku selembar kertas yang ingin sekali aku baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersama The Boys 2
Fanfiction"Bagaimana jika diantara persahabatan kami yang sudah terpupuk selama ini bersama The Boys, dihancurkan oleh satu orang yang iri dengan kedekatan kami??" [Buku ini adalah buku kedua dari Terjebak Bersama The Boys. Cerita ini menghadirkan tokoh baru...