"Nih liat, barusan gue dapet kabar ini dari mbak Ila"
Senja yang sedang mengunyah cemilan nya hanya melirik Reno tanpa minat.
"Pasti kabar aneh lagi kayak biasanya"
Pikir Senja yang kini memperhatikan wajah sahabatnya itu.
"Kabar apa lagi ini, pasti lo duluan ya yang nanya aneh-aneh ke dia?"
Reno merenggut kesal mendengar ejekan kakaknya yang baru saja tiba diruang televisi.
"Ish, bukan! Abang tuh kenapa sih selalu underestimate sama gue"
Senja dan Daffa saling bertatapan lalu tertawa bersama.
"Tuh dengerin Daf, adek lo aja udah paham bahasa inggris. Lo, udah ikut seminar, pelatihan, tes, tetep aja bahasa inggris lo cuma tau I love you aja"
Senja mengejek Daffa, si pria bermata bulat yang sudah menjadi sahabatnya sejak ia masuk ke asrama panti asuhan Langit.
Mereka memang selalu senang mengejek Reno, sebab pemuda yang berusia selisih tiga tahun lebih muda dari Daffa dan Senja itu selalu bertingkah seperti anak kecil.
"Ya udah kalau kalian gak mau liat info nya, nanti kalian nyesel jangan salahin Reno"
"Aduh jangan ngambek dong"
"Ya udah sini mana coba gue mau liat info tentang apa sih?"
Mata Senja melebar saat membaca info berisi lowongan pekerjaan di salah satu perusahaan besar impian nya.
"Info apaan sih?"
Daffa mengernyit menatap adik nya.
"Tau perusahaan Every-myday six. co?"
"Itu dia lagi buka lowongan besar-besaran, katanya mbak Ila kantor itu cuma nerima 100 orang tahun ini. Terus gak tau buka lowongan lagi kapan"
"Kok Ila tau soal info itu?"
Reno menatap sinis kakaknya.
"Lo kemana aja sih bang? Mbak Ila kan emang kerja disana, udah dua tahun malah"
"Kok bisa?"
Lagi-lagi Reno merasa gemas dengan kebiasaan buruk Daffa yang selalu seperti ini.
Menganggap sosok yang pernah di sukai nya lenyap lalu menutup mata dan telinga tentang apapun kabar dari orang tersebut, padahal itu semua terjadi lebih banyak karena kesalahannya yang tidak mau mengutarakan perasaan nya.
"Mbak Ila kan emang pinter, cantik juga. Waktu masih jadi guru di panti, anak-anak pada suka kalau masuk kelas dia"
Jawab Senja, menjelaskan.
Daffa mengangguk-angguk.
"Terus lo mau nyoba melamar disitu?"
Senja tersenyum sambil mengangguk yakin.
"Gue mau coba keberuntungan"
"Ya, kayaknya jadi cleaning service di perusahaan itu juga gaji nya bisa buat nyicil rumah"
Ucap Reno.
•
Biru mendorong laptop nya beberapa centi, kepala nya mulai pusing setelah berjam-jam melihat laptop.
Saat ia sedang merenggangkan leher, Biru mendengar ponsel nya berdering singkat dan layarnya menampilkan pesan.
Pria itu meliriknya namun tidak berniat membuka isi pesan singkat didalam nya karena tau siapa pengirim pesan singkat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine
FanfictionNot Fine Not Fine You're bad Bad I'm in pain Pain Will we ever be fine © Chi, January 2024 [Day6]