XVI

3 2 1
                                    

Rangga akhirnya merasa lebih tenang setelah menenggak dua gelas air putih, jantung nya pun tidak lagi berdegup kencang seperti saat ia menghabiskan waktu selama 2 menit di dalam lift bersama Biru. Seseorang yang telah ia cari selama bertahun-tahun.

Dokter muda itu kini melamun, sibuk menyalahkan dirinya atas reaksi berlebihan yang ia alami sebelumnya.

Me : ada Biru dirumah sakit

Rangga yang saat ini sedang duduk di pojok koridor mengirim pesan singkat pada Gevan.

"Kenapa gue sekacau itu?"

"Kenapa trauma gue makin parah ketika ngeliat dia?"

"Padahal dia selama ini gue yang berusaha nyari dia"

Ia bergumam pada keadaan konyol yang berakhir membuat dokter itu harus meminta orang untuk menggantikan operasi nya.

"Dokter Rangga? Anda gak apa-apa?"

"Oh? Dokter.."

"Wajah anda pucat, anda sakit?"

Rangga memaksakan seulas senyum seraya menggeleng ke arah Tyas yang entah datang dari mana.

"Sarah dan Anggi bilang anda ada jadwal operasi hari ini, gimana? Apa semua berjalan lancar?"

"O–oh....itu..."

"Tyas, bisa kita bicara sebentar?"

Suasana sudah berubah canggung sejak Biru memasuki kamar rawat Kei setengah jam yang lalu, dan semakin menegangkan saat kedua pria itu berdiri di lobi.

Marlo kini sibuk memikirkan situasi apa sebenarnya yang kedua sahabatnya jalani saat ini, meski jauh didalam hati nya Marlo juga tau bahwa Kei dan Biru pasti telah menjalin hubungan.

Sedangkan Biru, pria itu justru memikirkan dokter yang ia temui di lift. Wajahnya tampak tidak asing tetapi Biru sama sekali tidak ingat dimana ia pernah bertemu dokter itu sebelumnya.

"Marlo"

"Biru"

Kedua sahabat itu tertawa saat mereka bersaman saling menyebutkan nama.

"Lo duluan"

Ucap Marlo. Hatinya berusaha siap mendengarkan pengakuan Biru walau sebelumnya hatinya sudah lebih sakit saat mendengar pengakuan Kei.

"Gue pernah ke rumah sakit ini gak sih sebelumnya?"

Kening Marlo mengkerut, wajah nya yang sudah menghadap Biru terlihat kebingungan.

"Rasanya gue kayak dejavu..."

"Tadi ada dokter yang kena serangan jantung pas habis ngenalin gue. Tapi gue gak begitu inget apa kita pernah ketemu sebelumnya.."

"Mungkin lo kayak setan kali"

Jawab Marlo sembarangan.

"Sialan lo"

"Muka nya kayak gak asing...."

Biru terus mengoceh tentang sosok dokter yang tadi sempat membuat keadaan di dalam lift menjadi kacau.

"Nah, iya lo tadi mau ngomong apa?"

Marlo berdeham, kali ini wajah pria itu berubah serius.

Not FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang