Putri tunggal keluarga Tohizo itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit segera setelah seorang tukang kebun menemukan sang nona muda tergeletak karena menenggak racun tikus. Seharusnya pagi ini Kei ada jadwal menemani Claudia (mama nya) memesan kue untuk acara ulang tahun paman tertua, tetapi menyadari bahwa hari ini kekasih nya akan menikah tentu membuat Kei kehilangan selera untuk melakukan apa pun.
Bahkan mendengar suara Biru ditelepon tidak juga membuatnya merasa lebih baik. Kei justru menangis hingga tubuhnya merosot di dinding, wanita Jepang itu menangis sambil memukuli dada nya yang sangat sesak. Kemudian dengan gerakan kaku dan tatapan kosong Kei turun ke ruang makan, menghabiskan sarapan nya dan memulai aksi nya.
"Kei? Kei kamu kemana?"
"Bibi liat Kei?"
"Engga nyonya, terakhir kali tadi saya liat pas lagi sarapan sama nyonya"
"Coba tolong carikan di kamar, bilang sama Kei kalo saya tunggu diruang tamu"
"Baik nyonya"
"Nyonya! Nala! Cepat telepon ambulans!"
"Nyonya, tolong!"
"Ada apa pak Anton?"
"Nyonya, nona muda..."
"Kei! Astaga Kei!"
Anton si tukang kebun segera menggendong Kei keluar dari gudang dan membawanya ke ruang tamu, sementara Claudia menangis sambil mengenggam tangan putri kesayangan nya. Butuh waktu dua puluh menit sampai akhirnya ambulans datang dan Kei langsung dibawa ke rumah sakit.
Selama di dalam ambulans sayup-sayup Kei bisa mendengar jelas suara Biru ketika menghubunginya.
"Tolong, pasien darurat!"
"Kenapa?"
"Saya gak tau, tapi saya menemukan botol ini didekat nona muda"
Dua orang petugas ambulans dan tiga perawat menoleh ke botol kecil bertuliskan racun tikus yang biasa dipakai pak Anton untuk mengusir hama di kebun.
Kei pun segera masuk ruang instalasi gawat darurat dan langsung diberi penanganan.
•
"IGD lagi rame?"
"Seperti biasa..."
"Korban kecelakaan?"
"Sebagian korban tabrak lari, ada juga pasien minum racun"
"Racun?"
Kening Rangga mengkerut meski ekspresi nya tidak menunjukkan apa pun.
"Keturunan Jepang kayaknya. Dokter Karin yang cerita, nama nya itu loh"
"Oh..."
"Aneh ya kenapa orang kaya tuh sering pengen bunuh diri, padahal hidupnya kan udah serba enak"
Rangga, si dokter Obygn menyesap lagi kopi nya lalu berjalan meninggalkan Anggi, salah seorang dokter magang yang sejak tadi mengikutinya.
"Dokter...dokter Rangga tunggu"
Rangga segera berhenti dan berbalik.
"Laporan harian pasien di kamar 322 usia kandungan 25 minggu"
Ucapnya sambil menjentikkan jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine
FanfictionNot Fine Not Fine You're bad Bad I'm in pain Pain Will we ever be fine © Chi, January 2024 [Day6]