XVII

3 1 1
                                    

Senja tidak tau mana ekspresi yang harus ia tunjukkan saat ini. Marah? Sedih? Kecewa? Sepertinya ketiga emosi tersebut terlalu menghantam hatinya tiba-tiba. Kini Senja hanya berdiri mematung, mata nya terfokus pada sepasang laki-laki dan perempuan yang berdiri di dalam coffee shop. Sejujurnya otaknya telah memberi perintah agar Senja berbalik dari pintu masuk lalu menghubungi Illa untuk membatalkan pertemuan mereka, tetapi Senja seakan tersihir oleh pemandangan dihadapannya.

"Senja? Ngapain diem aja disitu?"

"O–oh? Mbak Illa udah sampai?"

"Dari tadi aku manggil-manggil kamu tapi kamu diem aja, jadinya mau disini?"

"Engga! Jangan!"

"Eh? Kenapa?"

Senja berusaha mengatur suaranya agar tidak terlalu bergetar, ia juga memaksakan bibir nya untuk tersenyum.

"Kita ke cafe di lantai atas aja, disana kayaknya lebih sepi"

"Oke, ayo deh"

Setelah keduanya pergi menjauhi coffee shop tersebut Biru dan Kei juga beranjak meninggalkan tempat itu. Layaknya pasangan remaja yang baru jatuh cinta, mereka tidak malu saling bermesraan di sepanjang jalan mall.

"Biru"

"Hmm?"

"Kalau aku ceritain ini sama Marlo gimana?"

Biru menghentikan gerak kaki nya kemudian berbalik menghadap Kei dan menangkup kedua pipi gadis itu. Wajahnya berubah serius.

"Aku rasa dia gak perlu tau soal ini"

"Kenapa? Apa dia juga kenal sama perempuan itu?"

"Ya, Marlo kenal sama tunangan ku"

"Jangan bilang perempuan itu salah satu teman kalian juga?"

Biru mendengus seraya menggeleng, tangan nya yang semula mengenggam tangan Kei kini berganti tugas merapihkan poni halus di kening kekasihnya.

"Engga, bukan. Tapi Marlo emang tau semua rencana aku ngedeketin cewek itu"

Kei mengangguk-angguk.

"Waktu di rumah sakit Marlo nanya apa aja sama kamu?"

"Gak banyak sih, cuma nanya alasan aku melakukan itu..."

Biru tau sebenarnya ia tidak perlu terlalu khawatir jika Marlo tau soal hubungannya dengan Kei, karna biar bagaimana pun Biru sudah bertekad dengan keputusannya mengenai pernikahan kontrak dengan Senja. Hanya saja Biru tidak ingin Senja dan Kei saling mengenal, dan Marlo bisa saja mempertemukan kedua gadis itu jika Kei bercerita tentang hubungan mereka.

Senja tidak bisa menahan senyum karna melihat Illa yang dulu ia kenal selalu menjaga image sekarang berubah 180 derajat saat bertemu Marlo.

Wanita bernama Illa itu tidak malu menunjukkan rasa suka nya pada si pria yang siang ini tampak lebih jarang bicara.

"Kalian udah lama saling kenal?"

"Gak juga sih, tahun lalu kakak ipar ku mau renovasi rumah dan minta aku carikan designer interior. Terus aku ketemu Velvet Studio yang ternyata punya dia"

Illa bercerita penuh semangat sedang Marlo sesekali menanggapinya dengan senyum malu-malu.

"Lucu juga kalau mereka benar pacaran"

Not FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang