Senja tak menyangka kalau pacar sekaligus atasan nya itu benar-benar serius dengan ucapannya tempo hari, selama ini Senja mengira Biru hanya membahas itu untuk meluluhkan hati nya.
"Udah? Cuma ini aja yang dibutuhin?"
Biru melirik sekilas ke arah lembaran-lembaran kertas berisi data dari kepolisian yang baru saja diletakkan Senja diatas meja. Ia pun mengangguk dan kembali fokus membalas pesan singkat dari Kei.
"Biru, kamu yakin ini gak merepotkan?"
"Kamu kan sebentar lagi jadi istri saya, itu berarti orangtua kamu adalah orangtua saya juga"
Senja terdiam, selama hidupnya baru kali ini perkataan sederhana membuat hatinya tenang.
"Biru..."
"Hmm?"
"Makasih ya buat semuanya. Walaupun kita baru kenal sebentar tapi kamu benar-benar buktiin ke aku kalau kamu tulus"
Biru menoleh, mereka pun saling berhadapan dan menatap satu sama lain.
Sejak kecil Biru selalu diajarkan peka terhadap orang lain, bisa membaca tatapan mata atau gerak-gerik orang lain.
"Kamu harus peka sama orang lain supaya kamu bisa berhati-hati dalam bertindak. Jika orang itu jahat, kamu bisa waspada dan kalau orang itu baik kamu bisa menjaga perasaannya"
Begitu lah Biru diajarakan oleh mama nya.
"Simpan makasih nya buat nanti, sekarang kita harus ke butik buat fitting baju"
"Oke kapten!"
Senja dan Biru melanjutkan perjalanan mereka menuju butik terkenal yang masih dibawah naungan mydaysix.corp milik Biru. Langit berawan dan jalanan Jakarta yang belum penuh sesak oleh kendaraan karena sebagian besar orang sudah berada di kantor, juga radio yang menyala menemani mereka sibuk bergumul dengan pikiran masing-masing.
Biru sedikit tersentak karena sentuhan Senja pada tangan nya, ia lantas menoleh sebentar pada wanita itu. Tadinya Biru ingin bertanya kenapa kekasih nya tiba-tiba mengenggam tangan nya, tapi sudut-sudut bibir Biru refleks menyunggingkan senyum saat penyiar radio memutarkan lagu kesukaan Kei.
Sementara Biru tenggelam dalam pikirannya tentang Kei, Senja tanpa sadar ikut mengalunkan lagu tersebut sambil tersenyum ceria.
"Aku suka lagu ini, dulu waktu kuliah aku jadi penyiar radio kampus terus aku sering banget puter lagu ini"
Biru mengangguk sambil menepuk singkat pucuk kepala Senja.
"Kalau kamu waktu kuliah ikut kegiatan mahasiswa apa?"
"Saya tukang demo"
Biru tersenyum bangga sedangkan Senja yang tidak percaya dengan ucapan kekasihnya kini membulatkan mulut nya sampai Biru bisa mendengar kalimat takjub milik Senja.
"Ooh.....keren dong"
Sangat. Itu hal sangat keren yang pernah ia lakukan di masa muda nya. Biru bahkan masih ingat ketika ia menjadi bahan sindiran beberapa oknum yang tau bahwa Dino (sang ayah) bekerja sama dengan seorang koruptor dan ikut serta dalam pembangunan sebuah proyek palsu.
Tetapi Biru tidak malu ataupun marah. Ketika itu ia justru tertawa keras dan mengusulkan untuk melakukan unjuk rasa. Sampai akhirnya dari situ lah awal ia bertemu dengan Keinamoto.
"Lari woi lariiii!"
"Eh kita ditinggalin"
"Udah gak apa-apa, ayo cepet kita balik ke basecamp"
Sesampainya di kampus Biru langsung masuk ke ruang sekretariat, mengikuti sahabatnya yang berlari kesana. Karena kaki nya tidak sanggup lagi berdiri ia pun terhuyung hingga menabrak Kei yang terkejut dengan kedatangannya.
"Sorry"
"Ini Biru"
Kei menatap sang pria berkacamata dan pria yang baru saja menabrak nya, ia lalu mengangguk.
"Sebentar gue ambil kotak obat dulu"
•
"Yang ini cantik, pas buat anda"
"Gimana tuan muda?"
"Biru?"
Biru mendongak dan langsung menggeleng tidak setuju.
"Nola tolong kasih dia yang belahan dada nya gak terlalu terbuka"
Kedua wanita itu pun kembali ke dalam ruangan dibalik pintu kaca besar lalu kembali lagi setelah 15 menit.
"Kalau yang ini gimana tuan muda?"
Senja tersipu malu, ia menunduk agar Biru tidak melihat kedua pipi nya yang mungkin sudah merah seperti tomat.
"Cantik. Cantik sekali"
Nola sang pengurus butik tersenyum kemudian berbisik pada Senja.
"Saya baru pertama kali ngeliat tuan muda memuji perempuan sekagum itu"
"Benarkah?"
Nola mengangguk sopan.
"Tuan muda sekali lagi selamat ya atas pernikahannya. Ini berita yang mengejutkan dan membahagiakan tentu nya"
"Terimakasih Nola"
"Kalian terlihat serasi"
Biru tersenyum canggung mendengar pujian itu.
Setelah basa-basi panjang pasangan kekasih itu pun meninggalkan butik untuk kembali ke kantor. Kemudian 20 menit kemudian butik megah dengan design interior klasik itu kembali kedatangan tamu.
"Selamat datang"
"Oh ini butik nya? Mama kayaknya baru pertama kali kesini"
"Ini butik milik Biru, mah, yang aku ceritain waktu itu"
Wanita yang lebih tua langsung berjalan masuk lebih dalam ditemani oleh Nola.
"Mama liat-liat aja dulu, Kei tunggu sini"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine
FanfictionNot Fine Not Fine You're bad Bad I'm in pain Pain Will we ever be fine © Chi, January 2024 [Day6]