Senja masih berusaha memproses perkataan Biru beberapa menit yang lalu, kedua mata nya bahkan tidak sedetik pun berpaling dari wajah pria yang baru menjadi bos nya sebulan ini.
Dulu saat remaja Senja sering mendengar para perawat yang mengasuh nya di panti berbicara tentang cara berpikir pria-pria bangsawan, dan Senja mengira itu hanyalah percakapan sambil lalu karena mereka terlalu sering membacakan cerita dongeng. Tapi sekarang, tepat disebuah kedai kopi, Senja mengalami nya langsung.
"Senja?"
Rasanya ada begitu banyak pertanyaan yang ingin segera Senja lontarkan pada Biru. Namun entah kenapa bibirnya seakan terkunci dan kalimat pertama yang Senja ucapkan hanya sebuah pertanyaan.
"Anda yakin?"
Biru mengangguk dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya.
"Saya...belum pernah jatuh hati sedalam ini, jadi maaf kalau terdengar konyol"
Senja memang selalu percaya diri, ia bangga dengan bagaimana bentuk wajah dan tubuhnya, ia juga tidak pernah merasa tidak pantas untuk berhubungan dengan siapapun. Tapi sore ini Senja merasa berbeda.
"Tolong jangan tolak saya. Saya gak akan mengulangi untuk kedua kalinya"
Ucap Biru menjelaskan dengan wajah yang tampak sangat meyakinkan.
Senja menghela nafas panjang lalu perlahan ia merasakan pipi nya memanas.
Sementara menunggu Senja menjawab, Biru tiba-tiba mengingat sesuatu.
"Saya bisa membantu kamu menemukan pengemudi yang sudah membuat orangtua kamu meninggal"
"Tuan tau darimana soal kecelakaan itu?"
"Saya selalu tau apa pun tentang pegawai saya"
Refleks Senja merasakan dada nya mulai sesak, sudah sangat lama rasanya tidak pernah ada yang membahas soal kematian kedua orangtua nya. Senja pun sudah berusaha melupakan dendam nya pada pengemudi pengecut yang menghilangkan nyawa orangtua nya.
"Senja, kamu gak apa-apa? Maaf kalau saya terkesan memaksa"
Biru tersenyum sambil cemas karena melihat perubahan ekspresi pada si lawan bicara.
"Saya hanya ingin mengatakan isi hati saya dan mencoba membantu kamu"
"Engga, saya gak apa-apa..."
"Saya cuma agak.....kaget"
"Gak apa-apa, kamu gak harus memutuskan nya sekarang"
Senja mengangguk canggung kemudian meminum kopi nya sambil memalingkan wajah keluar jendela.
"Eh Senja, kamu sendiri?"
"Iya tadi nya saya minta temenin sama sahabat saya, tapi mereka berdua sibuk. Tuan juga sendirian?"
"Kamu mau temenin saya ngopi?"
"Boleh"
"Itu disana, saya biasanya ngopi disana"
"Senja, ada yang mau saya bicarakan"
"Boleh, soal apa?"
"Senja, sebenarnya selama ini saya suka sama kamu. Kamu belum punya pacar kan?"
•
Semenjak hari itu Biru benar-benar menunjukkan perhatiannya pada Senja, ia bahkan tidak malu menghampiri meja Senja untuk sekedar mengajaknya makan siang bersama.
Hingga seminggu berlalu Senja yang awalnya berpikir untuk tidak membuat komitmen dengan siapa pun akhirnya mulai luluh. Jantung nya selalu berdebar tiap kali Biru tersenyum pada nya, dan tersipu malu saat pria berusia 5 tahun lebih tua itu mengirimkan pesan singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine
FanfictionNot Fine Not Fine You're bad Bad I'm in pain Pain Will we ever be fine © Chi, January 2024 [Day6]