"Kamu yakin dengan keputusan mu?"
"Saya cuma mau dia tau kalau dia udah memiliki anak"
"Bagaimana kalau dia mau mengurusnya?"
Marlo melirik Aurora yang hampir menangis, refleks ia menepuk pelan paha bayi tersebut.
"Saya gak akan membiarkan dia mengambilnya dari saya karena biar bagaimanapun saya adalah papa nya Aurora"
Claudia tersenyum seraya mengangguk, ia paham betul betapa pria ini sangat menyayangi cucu nya.
"Kalau itu memang keputusan kamu, mama gak akan menahannya. Lakukan apa yang menurut kamu benar, tapi tetap jaga Aurora ya"
Marlo pun mengangguk lalu kembali menyiapkan baju-baju yang akan ia bawa kembali ke Jakarta. Meski ada perasaan gugup didalam hatinya, Marlo percaya ini keputusan yang benar.
"Besok pagi berangkat jam berapa?"
"Jam 10, ma"
"Nenek pasti akan sangat merindukan kamu"
Ucap Claudia sambil menggendong Aurora.
"Saat besar nanti kamu harus membalas kasih sayang papa kamu"
Mendengar itu Marlo hanya tersenyum.
"Cukup tumbuh jadi anak sehat dan selalu bahagia papa udah sangat senang"
"Marlo?"
"Ya?"
Claudia terdiam sejenak tampak memikirkan kalimat yang akan ia tanyakan.
"Setelah ini apa kamu akan mencari wanita lagi?"
"Maaf, mama gak bermaksud ikut campur dengan kehidupan mu. Mama cuma–"
"Engga. Aku hanya akan menghabiskan hidup ku untuk membahagiakan Aurora"
Ya, bagi Marlo seluruh cinta nya kini telah habis terbawa oleh Kei. Meskipun hanya sebentar ia tetap bersyukur karena wanita yang selama ini ia puja akhirnya menjadi istrinya. Dan tugasnya saat ini tinggal membesarkan Aurora, putri kecil kesayangannya yang selalu mengingatkan ia pada Kei.
Claudia yang mendengar itu pun terenyuh, walau sebelumnya ia tidak terlalu mengenal Marlo kini Claudia tau bahwa pria itu benar-benar mencintai putri nya.
"Terimakasih karena telah mencintai Kei dan Aurora"
•
"Jadi, apa rencana lo setelah ini?"
Tanya Rangga yang tengah memperhatikan Biru sejak mereka keluar dari lab.
"Gue mau melaporkan kasus itu ke polisi dan menelusuri orang-orang yang menerima suap dari Dino"
Hari ini kedua saudara itu memutuskan bertemu lagi di rumah sakit untuk melakukan tes DNA, meski bisa dibilang sia-sia karena sejak pertama Biru membawa bukti-bukti nya ke hadapan Rangga, ia sendiri pun telah melihat kesamaan data diri milik pria itu melalui kartu tanda penduduknya.
Namun Biru tetap mengajak Rangga melakukan tes, yang kemudian langsung disetujui oleh Rangga.
"Seberapa kuat orang-orang lo?"
"Gue punya orang kepercayaan yang loyal, gue yakin mereka bisa"
Rangga mengangguk, ia mungkin lupa kalau kembarannya ialah salah satu pengusaha terkaya.
"Perlu gue cariin pengacara?"
"Boleh, kalau lo ada kenalan pengacara bisa kirim kontak nya ke gue langsung"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine
FanfictionNot Fine Not Fine You're bad Bad I'm in pain Pain Will we ever be fine © Chi, January 2024 [Day6]