XXVIII

3 1 2
                                    

"Dua minggu lalu gue nyampe di Jakarta, besok pagi nya gue datengin apartemen lo tapi kosong dan pagi ini gue kesana lagi terus ketemu sama tante lo"

"Kosong? Apa maksud lo? Harusnya ada Senja disana"

"Lo tinggalin Senja di apartemen sendirian?"

"Itu bukan urusan lo...."

"Well, itu emang bukan urusan gue"

"Dan bayi itu....."

"Kei hamil, ayah nya menyuruh dia kembali ke Jepang dan meminta gue menikahinya"

"Tapi setelah melahirkan, Kei....meninggal"

"Oh, satu hal yang mau gue tegaskan disini kalau gue gak akan memberikan hak asuh Aurora ke lo. Gue kesini cuma mau ngasih tau kalau lo udah punya anak"

Satu jam sudah Biru habiskan waktunya dengan melamun, kening nya terasa berdenyut akibat memikirkan begitu banyak hal yang terjadi. Terutama soal kabar kepergian kekasihnya, Keinamoto.

Sepertinya dunia memang senang memberinya banyak kejutan.

Ruangan kamar yang tidak terlalu besar itu dibiarkan gelap oleh Biru yang masih duduk di lantai. Kepala nya terlalu pusing memikirkan mana masalah yang lebih dulu harus ia selesaikan.

Setelah menghela nafas dan merasa sedikit lebih tenang Biru pun bangkit, sesuai rencana sebelumnya kalau hari ini ia harus menemui Senja.

Langit tampak semakin gelap karena rintikan hujan yang turun membasahi jalan, di dalam mobil Biru memikirkan lagi ucapan tante nya yang meminta ia berhati-hati karena Dino memiliki banyak anak buah dan mata-mata yang bisa kapan saja menyerangnya. Memikirkan ucapan itu dan mengetahui kalau Senja tidak ada di apartemen nya semakin membuat Biru gusar, ia pun segera melajukan mobil nya menuju apartemen.

"Lo yakin mau pulang aja?"

"Iya Daffa, gue udah gak apa-apa kok..kan lo juga denger tadi dokter bilang apa"

"Tapi kalau misalkan di apartemen tiba-tiba lo mau melahirkan, gimana?"

Senja yang sedang menyisir rambut nya pun berhenti, kemudian ia tersenyum sendu.

"Gue pulang ke kost lama kok, jadi kalau ada apa-apa tetangga sebelah pasti tau"

Beberap detik kemudian wanita itu menyeringai sambil mengelus perut nya.

"Lagian ini belum waktu nya melahirkan, tenang aja"

Daffa mengernyit seraya mendekatkan wajahnya, mencoba mencari kebohongan dari tatapan Senja.

"Apa sih, awas ah gue mau ganti baju.."

"Kalau ada apa-apa langsung telepon gue, ya?"

"Iyaaa Daffa....."

"Janji?"

Senja melebarkan kedua pupil nya sambil mengenggam pundak Daffa.

"Lo percaya kan kalau gue cewek kuat?"

"Udah ah, minggir dulu"

Senja merasakan kedua mata nya memanas setelah membaca isi surel yang baru saja ia terima. Tangan nya mendadak lemas dan tidak sanggup mengenggam ponsel hingga membuat benda tersebut jatuh ke lantai.

Sambil menutup mulut agar isakan nya tidak terdengar keluar, Senja menangis sesegukan. Ia tidak percaya kalau selama ini ia begitu dekat dengan orang yang sudah membuat orangtua nya meninggal, tidak hanya itu ia bahkan menikahi putra dari si pembunuh itu.

"Mama, papa...maafin Senja"

Malam itu Senja habiskan dengan menangis sampai akhirnya ia tertidur di lantai.

Sementara itu di bagian lain masih dibawah langit malam kota Jakarta, Biru baru saja meninggalkan apartemen usai mendapatkan telepon dari kepala panti asuhan yang mengabarkan kalau belum lama Senja mengunjungi panti asuhan. Beliau juga berkata kalau saat itu tidak sengaja mendengar pembicaraan Senja dengan teman nya yang mengatakan kalau wanita hamil tersebut telah kembali ke kost lama nya.

Di temani deras nya hujan, Biru menancapkan gas nya menuju kost lama sang istri.

Namun saat menambah kecepatan mobil, ia kehilangan kendali hingga menabrak tiang rambu jalan. Beruntung nya pria itu tidak terluka, lalu saat ia mau kembali ke jalan sebuah mobil menabrak nya.

"Saya gak akan membiarkan kamu membunuh Dino! Semua yang terjadi sama mama kamu adalah kesalahan dia sendiri!"

Lalu sebuah tembakan dilepaskan tepat di kening Biru.

Setelah itu wanita tersebut pun bergegas pergi meninggalkan Biru yang mulai kehilangan kesadaran.

"S....senja maafin aku...."

"A–aurora...."

....

Not FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang