Entah sudah berapa banyak Biru bersumpah serapah pada papa nya setiap kali mereka usai bertemu. Bahkan sampai pada detik ini Biru berpikir bahwa hidupnya adalah kutukan.
Biru menenggak lagi minumannya lalu menuangkan nya lagi dan terus mengulanginya sampai habis. Kemudian begitu Biru merasakan pelipis nya mulai berat dan pandangannya buram, sayup-sayup ia mendengar seseorang menyebut nama nya. Tetapi belum sempat Biru menemukan si pemilik suara, menit berikutnya kepala Biru sudah jatuh tergeletak diatas meja.
"Biru? Biru?"
"Lo kenal dia?"
"Dia sahabat gue"
Tiga wanita asing yang berdiri dibelakang Kei hanya mengangguk kemudian kembali ke meja mereka.
"Udah tau gak kuat minum, ngapain lo minum disini sendirian sih"
Kei menggerutu sambil membawa Biru menuju pintu keluar.
Kei bersyukur dalam hati atas keputusannya menerima ajakan Salsa dan teman-temannya malam ini karena meski tak sengaja, ia akhirnya bisa bertemu lagi dengan Biru. Wanita bergaun navy itu tersenyum lembut sambil melirik Biru yang meracau di bangku nya.
•
20 menit sudah Senja duduk menghadap keluar jendela kamar, menatap kosong jalanan yang masih ramai. Pikirannya masih berada di perjalanan pulang malam itu.
"Anak kecil tadi nyariin kamu, kenapa kamu gak temuin dia dulu?"
"Dia bukan adik saya"
"Tapi dia nyebut kamu–"
"Senja, kalau bulan depan kita nikah gimana?"
"Tapi kita belum kenal lebih banyak"
"Apa yang mau kamu tau soal saya?"
"Itu...."
"Saya anak tunggal, mama saya meninggal dalam kecelakaan"
Biru tertawa getir. Wajahnya terlihat tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Papa yang menabrak mama"
"Oh, dan perempuan yang tadi makan malam sama kita adalah selingkuhan papa"
Senja terdiam mendengar semua cerita Biru tentang kehidupannya. Meski ia tidak melihat jelas wajah pria itu Senja bisa merasakan luka kekecewaan dari setiap perkataan yang Biru ucapkan.
"Ada lagi yang harus kamu tau?"
"Kamu pria yang hebat"
Senja refleks mengatakan itu tanpa ada maksud apa-apa.
Biru langsung menoleh pada Senja, kalimat yang baru saja dikatakan wanita itu dulu sekali pernah dikatakan oleh seseorang yang sangat dekat dengan nya.
"Udah sampai"
Senja melepas safety belt nya, gerakannya entah kenapa menjadi canggung.
"Soal pernikahan kamu cuma perlu bikin daftar tamu undangan, sisa nya biar saya yang urus"
•
Biru menahan gerakan nya saat merasakan ada orang lain yang berbaring disebelahnya, setelah cahaya matahari mulai terbiasa Biru pun membuka mata. Pria itu terkejut dan masih mengira kalau ia sedang bermimpi, setidaknya sampai perempuan disampingnya berbalik dan ikut membuka mata.
"Good morning"
"Kei?"
"Hai Biru, kamu udah merasa lebih baik?"
"Kei? Kamu ngapain–"
"Engga, kamu kenapa disini?"
Kei tertawa kecil sambil menikmati memandang ekspresi Biru yang kebingungan.
"Kamu di apartemen ku"
"Semalam kita ketemu di The G, karena aku liat kamu udah tipsy jadi aku ajak pulang"
Ya, Biru ingat kalau semalam ia sempat berpikir untuk pergi keluar negeri agar tak berurusan lagi dengan papa nya.
"Terus semalam...."
"What? what did I do to you?"
Kei memeluk Biru dari samping lalu berdongak dan mengecup pipinya.
"Aku udah memikirkan ini sejak lama, aku sadar kalau selama ini aku cuma denial terhadap perasaan ku. Tapi sekarang aku mau jujur sama kamu kalau aku suka sama kamu. Aku jatuh cinta sama kamu sejak kita terakhir ketemu di acara wisuda"
"..aku tau gak seharusnya aku begini karena kamu akan menikah, tapi hari ini aku pengen kamu tau perasaan aku yang sebenarnya. Aku gak mau lagi membohongi perasaan ku, maaf Biru.."
Kei tersenyum dengan cantik seperti yang selalu ia tunjukkan saat mereka masih kuliah. Rasanya dunia seperti dijeda sejenak, saat manik mata mereka saling bertemu.
"Aku gak akan meminta kamu membatalkan pernikahan kamu untuk bersama ku. Kalau kamu mau aku bisa pergi dari hidup kamu setelah ini"
"Engga! Jangan...."
"Jangan tinggalin aku lagi Kei"
"Lalu gimana dengan hubungan kamu sama–"
"Ssshhhh....aku bisa urus semua itu, yang penting sekarang selama ada kamu semua akan baik-baik aja"
"Aku akan baik-baik aja"
Ucap Biru dalam hati.
Ia pun memeluk Kei semakin erat seakan takut wanita bisa pergi sekarang juga.
"Ngomong-ngomong darimana kamu tau aku bakal menikah?"
Kei mendongak lalu menyeringai.
"Rahasia!"
Pria bernama Biru itu akhirnya tertawa lepas untuk pertama kalinya. Ia lalu menghujani seluruh wajah Kei dengan kecupan-kecupan kecil.
"Aku benar-benar kangen sama kamu, Kei.."
"Aku pikir kita gak akan ketemu lagi"
Ucap Biru dengan tulus.
"Sekarang aku disini dan aku janji gak akan pernah ninggalin kamu lagi"
Keinamoto memejamkan mata menikmati sentuhan lembut jari Biru yang mengelus kening nya.
"I love you"
"I love you more"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine
FanfictionNot Fine Not Fine You're bad Bad I'm in pain Pain Will we ever be fine © Chi, January 2024 [Day6]