Hari ini aku telat bangun, ini karena keasikan menonton drama korea secara maraton semalam. Kupikir dua episode saja sudah membuat ku puas, nyatanya malah membuat ku semakin penasaran. siapa yang sama denganku dalam hal ini???
Setelah pamit ke Ayah dan menunggu mobil ayah berlalu hingga tidak terlihat di ujung jalan, aku memasuki gedung sekolah dengan sedikit berlari menyusuri lorong lorong kelas, aku orang yang sangat takut dengan yang namanya terlambat, aku sudah dibiasakan untuk disiplin, didikan ayah dan bunda yang satu ini patut kuacungi jempol, cukup hari ini aku agak terlambat, ayah dan bunda pun memaklumi nya, tapi aku gak akan mengulanginya.
Memasuki kelas bertuliskan XI IPA 2 di papan yang menggantung diatas pintu, aku memasuki kelas yang sudah hampir seluruh penghuni nya telah datang, hingga keributan di berbagai sudut bisa terdengar dari luar.
Aku duduk di samping Gia, teman sekelas ku yang dari awal masuk kelas 10 selalu bersamaku, sedang asik bergosip dengan teman di belakang bangku nya. Namanya Tere, anak yang mengetahui banyak informasi di sekolah, entah itu berita hoax atau fakta sekalipun, tetap disebarkan olehnya. Dari dulu sampai sekarang pun aku ngga tau darimana berita berita tersebut berasal.
" Tumben telat Ra"
Tanya Gia memutar badannya menghadap ku dan menyangga kepalanya dengan tangan di atas meja
" Gue kesiangan tau, gara-gara lo nih, semalam begadang nonton Drakor yang lo rekomendasiin ke gue ituuuu"
Gia tertawa, " Siapa suruh nontonnya sampai begadang gituu "
" Ya kan lo yang nyuruh nonton "
" Loh yang nyuruh nonton nya sampai marathon kayak begitu siapa?? "
" Dih nyebelin lo Gi"
" Hahaha" Gia tertawa kencang
Fix sih, aku gak akan begadang lagi nonton drakor, tapi...aku ngga janji akan berhenti nonton drakor lagi haha, tapi paling tidak, aku harus menyesuaikan waktu nya
"Gosip apa tadi sama Tere? " tanya ku
"Nggak ngegosip yaa, ngobrol biasa aja"
Aku menaikkan alis ku, "Masa?"
" Ck, bahas sesuatu yang gak bisa di bahas sama seorang Tatyana Karamel yang jomblo dari lahir" jelasnya
"Apaan? gue terbuka kok sama semua obrolan yang lo omongin"
" Kecualii..."
" Kecuali apa maksudnya? gue selalu nanggepin lo ngomong loh"
" Kecuali cowo" Kata Gia, jelas dan tepat.
Wah? karena itu? tapi aku kan punya alasan nya sendiri. Aku sudah akan menjawab tapi Gia lebih dulu berbicara,
" Emang bener kan, gue gak bisa ngomongin cowok ke lo, gak pernah nyambung Karaaameel"
" Ya kan gue-- "
" Apa? gak pernah pacaran? gue udah bantu cariin, tapi sama lo ditolak terus sih "
" Gi-- "
" Apa? bukan prioritas? yayaya udah paham aku Karameelll " jelas Gia, terdengar nada kesal dibuat buat darinya
Aku menggeleng kepala, gak bakal ada habisnya nih kalau ngedebat Gia, gak bakal cukup waktu juga.
"Btw Kara, gimana? udah belajar belum? nanti ada ulangan harian kan? " tanya Gia
Aku mulai membaca buku catatan dan buku latihan ku, aku takut kali ini nilai ku turun, aku gak mau mengecewakan Bunda sama Ayah.
" Hmm hmm, ini gue baca baca lagi, lo udah? " tanya ku
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Feeling (COMPLETED)
Teen Fiction((ON GOING)) ((Warning 16+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa karen...