Bab 9

15 3 0
                                    

Di pertemuan pertama, saat pertama kali kita bertemu dengan seseorang, biasanya kita menganggap peristiwa itu sebagai sebuah 'ketidaksengajaan', lalu semesta membiarkan lagi kita bertemu dengan orang yang sama di kali kedua, sampai saat itu kita masih menganggap nya hanya sebagai sebuah 'kebetulan', lantas jika terjadi lagi pertemuan yang ketiga disebut apa? takdir? setelah pertemuan pertama terjadi, bukan tidak mungkin akan terjadi pertemuan pertemuan selanjutnya dengan berbagai kondisi dan keadaan yang berbeda.

Kini aku melihatnya, dia ada diantara teman temannya, orang itu tampak menjadi yang paling mencuri perhatian, dengan tubuh tinggi tersebut, tak heran membuat beberapa pasang mata di Kantin menjadi fokus untuk berhenti sejenak dari kegiatan masing masing hanya untuk menatapnya, senyum ramah yang ia perlihatkan kepada siapapun yang menyapa nya, menjadi satu nilai plus yang ia punya untuk membuat para perempuan berani menjatuhkan hati kepadanya. Karamel, kamu juga perempuan, apa kamu juga... ??

" Hey, ketemu lagi " mata nya yang bersitatap denganku, membawa ku kembali ke kenyataan, mengusir bayangan ku yang-- bagaimana aku menyebutnya?

Aku mendongak, Rayyan ada di hadapanku, lagi dan lagi. kenapa ya aku jadi sering ketemu sama dia?

" Hai "

" Sendirian? " tanya nya, melihat ke kanan dan kiri ku, mungkin memastikan aku bersama dengan seseorang atau tidak.

" Iyaaa, kamu? " Melihat tidak ada lagi alasan untuk menghindarinya, aku memutuskan untuk menghadapinya saja kali ini. Lagipula Karamel, kamu memang gak punya alasan untuk menghindarinya.

" Itu, sama teman teman " katanya, menunjuk ke meja kedua dekat pintu masuk kantin, disana terlihat beberapa cowok yang semula tampak asik tertawa namun kini menatap penasaran ke arah kami berdua begitu pula dengan banyak pasang mata di Kantin ini.

" Mereka teman satu band ku "

" Rame yaa, keliatan nya juga akrab banget " kata ku, sebuah kemajuan Karamel kamu bisa berbasa basi, Andai Gia ada disini, mungkin aku sudah habis ia tertawakan.

" Iyaa, berisik banget mereka, serius nya kalau udah di atas panggung doang, cuma sama musik mereka diem nya " jelasnya

" Ohh gituu "

Setelah itu, masing masing kami lalu terdiam, aku mencoba fokus melihat ke sekeliling, enggan untuk menatapnya lebih lama, atau aku akan menjadi orang yang berbeda lagi seperti waktu itu.

Kemarin saat di toko bunga, entah apa yang membuatku menjadi punya kekuatan untuk berbincang dengannya. Sampai malam pun aku habiskan untuk menatap bunga pemberiannya.

" Suka musik juga Mel? "

Mel? Aku dipanggil Mel?

" Mel? Karamel? "

Aku mengerjap, " Ah iya, apa tadi? "

" Kamu kebanyakan bengong mulu sih, kenapa? " Katanya terkekeh pelan

Gak mungkin aku bilang kalau aku salting karena dia kasih nama panggilan ke aku kan? demi apapun, seumur hidup ku bahkan oleh keluarga ku sendiri, gak ada yang pernah memanggil ku 'Mel', baru dia, hanya dia. sebuah rasa baru menelusup dalam hatiku, entah kenapa aku suka mendengarnya menyebut 'Mel' ke aku. Oh ya tuhan Karamell... kamu lebay.

" Tuh kan kamu ben--"

" RAYYAN, WOI MALAH PACARAN " teriakan salah satu cowok di kumpulan teman teman Rayyan mengagetkanku, astagaa dia harus banget berteriak seperti itu? dan apa katanya, aku--Rayyan--pac---

" BERISIK, GANGGU AJA "

Aku cepat menoleh ke Rayyan, maksudnya? ia menoleh kembali ke arahku, seakan paham arti raut wajah ku, Rayyan tertawa kecil, " Lihat kan? berisik banget mereka, maaf ya "

A Million Feeling (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang