Bab 8

14 3 0
                                    

Selamat hari Rabu. Hari raya rindu.

Begitu kata orang orang saat menyambut datangnya hari Rabu. Mungkin alasan saat hari Minggu disebut Minggu kelabu, itu karena hari itu akan diisi dengan suasana yang tenang, sunyi atau diliputi sedikit kesedihan? atau hari Kamis dinamakan Kamis manis atau Kamis romantis, mungkin nanti akan diisi dengan berbagai kejadian manis dan menyenangkan? tapi kalau Rabu? berarti akan ada yang merindu, begitu? Hari ini hari Rabu, tapi aku nggak sedang merasakan merindu seseorang, yang ada aku ingin mengutuk diriku habis habisan.

Mengapa tidak? Sejak perkenalan ku dan Rayyan di toko bunga minggu lalu, hingga hari ini, aku masih belum bisa melupakannya, aku gak bisa memahami diriku sendiri pada hari itu. Sebut saja aku terlalu overthinking, terlalu memikirkan yang belum tentu benar terjadi adanya. Tapi, aku gak bisa tidak memikirkannya, kejadian kemarin itu benar benar luar biasa. Ya. Luar biasa gak bisa aku pahami.

Bagaimana bisa seorang Karamel menjadi seseorang yang cakap dalam berbincang dengan orang yang baru dikenalnya? Bagaimana bisa seorang Karamel mampu menatap seseorang dengan waktu yang cukup lama? Mengapa bisa seorang Karamel menerima pemberian seseorang yang baru dikenalnya? Mengapa? Aku rasa ada sistem dalam diriku yang bermasalah.

Biar kutatap sekali lagi bunga pemberian orang itu yang kini hampir layu, yang kutaruh di meja kecil dekat jendela, warna coklat kehitaman dipinggir pinggir kelopak nya terkena sinar mentari membuat bunga itu jauh jauh lebih bercahaya dan cantik.

Tidak mungkin aku bisa membuat bunga itu untuk tetap terus mekar, selain gak paham cara merawatnya, tangan ku juga tidak berbakat dalam merawat tanaman, hanya saja aku berharap, setelah bunga itu layu, rasa aneh dan euphoria dalam hati ku ini akan ikut layu dan menghilang juga.

"Karamel.... buruaaan, mau bareng Mas nggak? " Teriakan Mas Rion dari luar kamar membuyarkan isi pikiran ku yang semrawut ini.

" IYAA MAS SEBENTAAARRR !!! " jawab ku membalas teriakan Mas Rion, lalu mengambil tas ku, merapihkan sedikit seragam ku lalu keluar kamar.

Di dalam mobil yang biasanya diisi oleh ocehan Mas Rion yang biasanya aku tanggapi, kini hening. Aku gak berminat sama sekali meladeni ocehan Mas Rion, sadar akan keadaan hati ku yang sedang tidak bagus, Mas Rion menggantikannya dengan menyetel radio di mobilnya. Love song for no one dari John Mayer mengalun. Hah. Biasanya aku selalu bisa menikmati lagu dari om John, kali ini aku sama sekali gak bisa menikmatinya. Lagi lagi Mas Rion sadar akan hal itu.

" Kamu tuh kenapa sih Ra? gak enak banget liat muka mu kek gitu"

Aku menoleh ke Mas Rion, " Kek gitu gimana tuh maksudnya?"

" Loh ya kayak gitu, jelek kayak jomblo " lalu Mas Rion tertawa. Apasih dia? garing banget.

Aku mencibirnya. " Kalau sesama jomblo tuh gak boleh saling menghina gitu mas"

" Siapa yang jomblo? kamu aja kaliii, Mas mah nggak "

" Loh Mas emang gak jomblo? Ada yang mau memang sama Mas?  " tanya ku, menatapnya kaget

Mas Rion menatapku tak terima, " Lahh Mas mu ganteng kek gini masa jomblo sih Ra, Mas punya pacar laaah "

" Suuuooombong nyaaa " balasku mencibir.

Aku sangsi. Masa sih Mas Rion punya pacar? memangnya ada yang mau sama Mas Rion yang nyebelin banget kayak gitu, apalagi mulut pedasnya ituu... wah hebat banget kalau bener ada yang mau sama Mas Rion.

" Bukan sombong, Mas mu bicara fakta ini loh, memangnya kamu, masih muda, gak punya pacar tapi kerjaan nya galau mulu"

" Siapa yang galau? " ucapku tak terima

A Million Feeling (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang