Bab 46

10 3 0
                                    

Seseorang pernah berkelakar, katanya pertengkaran di dalam sebuah hubungan adalah hal yang wajar, menjadi bumbu dalam percintaan yang mampu membuat ikatan sepasang insan semakin kuat mengakar. Apa kalimat itu benar?

Kenyataannya, hati ku retak tak karuan. Sangat sulit menerima fakta bahwa mimpi buruk ku ternyata benar-benar menjadi kenyataan. Aku kekasih yang buruk sekali, benar 'kan?!

Aku tau ini masih sangat dini untuk membicarakan masa depan, karena siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di masa mendatang. Bukan aku menentang, aku tau berita ini sudah lama ia nantikan, keberangkatan ini adalah hal yang sangat Rayyan impikan.

Namun, kenapa harus sampai selama ini di sembunyikan? Bahkan tinggal menghitung jari dari waktu keberangkatan. Hanya karena takut mengecewakan? Padahal, tanpa perlu disembunyikan, aku akan tetap mengetahui nya cepat atau lambat, apa dia menganggap ku sebagai penghambat? Apa di mata nya aku ini seorang penjahat?

Kami akan berpisah ber kilo-kilo meter jauh nya, selama bertahun tahun lama nya. Tanpa aku bisa setiap saat menatapnya, memeluknya, merasakan setiap perasaannya melalui sentuhan hangatnya.

Bagaimana, bagaimana kalau nanti aku lelah? Bagaimana, kalau dia menyerah? Bagaimana, kalau kami kalah? Apa, apa yang akan terjadi setelahnya?

Bagaimana, aku bisa mengobati luka disaat yang bersamaan, obat ku adalah sumber luka nya?
Aku bahkan sudah tidak bisa menangis, hati ku terasa kebas.

Suara pintu terbuka, aku yang duduk di depan jendela ruang musik ini menoleh ke asal suara. Rafka berdiri disana. Dengan penampilan yang jauh dari kata baik - baik saja. Tapi setidaknya, dia sudah tidak bermalam di penjara, artinya dia sudah dinyatakan tidak bersalah.

" Kalau lo lagi kecewa, marah aja, nangis yang kenceng biar lo lega, gak usah di simpen simpen. "

Rafka duduk di sampingku, mengikuti ku menopang tangan di pinggiran jendela.

" Gue gak nangis. " balas ku membela diri

" Bullshit anjing, sok kuat lo. Gak ada manusia di dunia ini gak nangis kalo lagi dapet masalah. Apalagi dikecewain sama orang terdekat lo." 

" Lo tau apa? Tau darimana?" Tanya ku penasaran tentang apa yang ia ketahui. Rafka mengendikkan bahu, menatap ku menuntut pertanyaan nya dijawab lebih dulu.

" Gue bingung, Gue harus gimana Rafka? " menyerah, aku bertanya ke Rafka. Mungkin dia memiliki solusi nya.

Rafka menatap ke luar jendela. Jari nya membuat pola di jendela yang berdebu, membentuk hati yang patah.

" Is it hurt isn't it? Is it hurting you so deeply, isn't it? " tanya nya pelan kembali menatapku, pandangan nya sayu. Seperti menyuruh ku untuk berbagi luka ku walau tanpa sepatah kata ia berbicara.

Dan hancur sudah pertahanan yang aku buat, air mata kecewa ku yang selama ini gak pernah aku sangka-sangka akan tumpah. Hari ini di depan seorang yang gak pernah terlintas untuk ku menjadi seorang yang mendengar jeritan hatiku, tangisan ku luruh. Entah kenapa semua beban di hatiku seperti keluar dari tempatnya.

Rafka terdiam menyaksikan ku hancur. Ia tak lagi berkata kata, mata nya semakin melemah, seakan turut hancur bersamaku.

" Anjing " ucapnya mendekat lalu memeluk ku erat, membuat tangisan ku semakin kencang

Aku sakit hati, marah, kecewa, dan putus asa. Semua itu akhirnya bisa aku keluarkan sekaligus dalam satu kali tangisan ini. Sakit sekali ya tuhan...
kenapa harus aku yang dikasih hukuman seperti ini?

Aku gak paham kenapa harus aku yang merasakan ini, kemarin aku berbisik di telinga Rayyan dan berkata aku jatuh cinta kepadanya. Berjanji menghabiskan waktu ku hanya untuknya. Bersamanya.

A Million Feeling (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang