Pensi telah berlalu tapi euphoria yang dirasakan seluruh siswa siswi masih sangat membekas. Apalagi ditambah dengan hasil dari perlombaan antar sekolah yang mengeluarkan sekolah kami sebagai pemenang Juara pertama lomba kategori olahraga Basket, Taekwondo dan juga tari tradisional.
Kali ini aku berada di perpustakaan. Ditemani Gia aku mencari beberapa referensi buku untuk persiapan ku mengikuti kompetensi Sains yang akan diselenggarakan 2 bulan dari sekarang. Masing masing kelas mengirim satu perwakilan yang akan disaring kembali menjadi 3 orang yang berangkat mewakili sekolah. Untuk kelas ku tentu saja aku yang terpilih dan ku dengar dari Rayyan, ia yang terpilih mewakili kelas nya yang artinya untuk sementara aku dan Rayyan akan menjadi saingan.
Hmm tapi gak juga, Rayyan dan aku sering belajar bersama sama. Keuntungan yang bisa di dapat dari pacar yang sama sama ambisius satu sama lain adalah kita jadi lebih bersemangat untuk bersama sama berproses dan mempelajari ilmu ilmu baru secara bersama.
" Huh! Sepi banget nih perpus " keluh Gia menopangkan dagu di belahan buku yang terbuka di meja di hadapannya. Tangannya mulai mencoret coret buku itu. Aku menghentikan bacaan jurnal yang kutemui dan menatapnya di seberang kursi ku.
" Kalau mau ramai di pasar Gi " bisik ku pelan
Gia terlihat kesal, sebelum ia berteriak aku reflek menaruh telunjuk di bibir, mengingatkannya bahwa saat ini kami sedang berada di Perpustakaan.
" Ck. Kenapa gue gak pintar kayak lo ya Ra? Capek gue dibanding bandingin mulu " keluh Gia menyentak ku, kenapa tiba tiba Gia berkata seperti itu?
" Siapa yang banding bandingin Gi?" Tanya ku penasaran dan kesal. Siapa yang beraninya mengatakan hal kayak gitu ke Gia.
" Yaa ada dehhh. Emang iri aja kali tuh mereka ngeliat gue temenan sama lo " jawab nya cuek
" Atau bisa dibalik Gi, mereka iri karena gak bisa temenan sama lo yang cantik ini" balas ku kepadanya
" Dih cantik apaan? apa yang bisa di banggain neng dari gue? Mana ada yang bisa di iriin? "
Aku menutup buku agak keras, Gia menatap ku kaget dan malah gantian mengisyaratkan ku untuk diam.
" Siapa yang ngomong sih Gi? Kok lo bisa kemakan sama omongan kayak gitu " tanya ku kesal, wajar dong aku kesal? Gak biasanya Gia bersikap penuh gak pede kayak gini, gak kayak Gia yang biasanya.
" But a fact still a fact darling "
" Okay look ms. confident ! " ucap ku meminta atensi Gia untuk fokus menatap ku
" Kita gak temenan sehari dua hari loh! Dari awal masuk sampai sekarang banyak kelebihan yang gue liat dari lo! Jangan cuma fokus sama apa yang orang lain bilang Gi. Gini deh sekarang gue tanya sama lo, dibanding yang gue omongin ini sama apa yang orang lain bilang ke lo, ucapan siapa yang lebih bakal lo percaya?"
" Ya make nanya! Ya eloooo dong! " jawab Gia ngegas, sepertinya dia udah gak peduli dimana ia berada saat ini.
" Nah itu! Gia yang gue kenal adalah seorang remaja aktif dan paling percaya diri yang selalu bisa yakinin gue kalau gue harus bisa juga percaya diri sama diri gue sendiri...." Jelas ku ke Gia, mungkin dengan cara ini dia akan pikir pikir lagi buat nggak gampang rendah diri seperti itu.
"... Siapa yang yakinin gue bulan lalu untuk tampil di Pensi? Siapa yang selalu dukung gue bahkan sekarang lo temenin gue belajar di Perpus even lo bisa kumpul sama temen temen lo yang bahkan gak bisa dihitung jari? Sementara gue? Temen gue cuma lo doang! "
" Lah lo malah adu nasib?" Potong Gia gak terima, jari telunjuk ku ulurkan kedepan meminta nya untuk tidak menginterupsi dan agar ia menurunkan nada suara nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Feeling (COMPLETED)
Novela Juvenil((ON GOING)) ((Warning 16+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa karen...