Bab 27

22 3 1
                                    

******

Rintik hujan masih terlihat diluar sana, masih betah membasahi bumi. Butiran butiran embun sisa air hujan menghiasi dinding kaca ruangan kelas ini.

Hawa yang dibawa hujan dan pendingin ruangan menambah suasana kian dingin, aku merapatkan diri ku dan mulai menyatukan telapak tangan dan menggosoknya, berusaha menciptakan rasa hangat untuk diriku sendiri.

Sudah lewat dua hari lalu sejak babak penyisihan olimpiade mewakili sekolah. Dan kelompok ku dan Rayyan unggul point dari kelompok lain, sehingga boleh dikatakan kelompok kami selangkah lebih maju untuk merebut posisi perwakilan sekolah.

Sekarang tinggal menunggu hasil babak terakhir kemarin, lima orang anggota kelompok ku termasuk aku menunggu hasil tiga nama terdepan yang akan lolos menjadi perwakilan.

Entah lah tahun ini malah aku tidak mempunyai tenaga atau pun gairah untuk memenangkannya. Tapi aku tidak mau mengecewakan kedua orang tua dan orang orang yang mendukung ku selama ini.

" Pengumumannya jam berapa Ra? Lemes bener itu muka?! " tanya Gia yang diakhiri tuduhan nya itu membuat ku menolehkan wajah ke arahnya.

Gia ikut duduk disampingku, mengulurkan Caramel Macchiato—yang mengingatkan ku kepada seseorang yang belakangan pun menjadi bahan pikiran ku— kepada ku.

" Jam 1 siang nanti Gi. Doain ya " pinta ku tulus kepadanya lalu meminum minuman yang dibawakan Gia untuk ku.

" Pasti lah ituuu...tapi kenapa muka lo lemes gitu? Masalah Rayyan?"

Aku mengangguk lemas, sedetik kemudian menggeleng pelan.

" Jadi??? Mau cerita?" Tawar Gia

Sebenarnya aku bisa langsung bercerita ke Gia
tapi entah lah aku masih ingin mencari tau sendiri semua jawaban dari teka teki yang aku temukan ini.

Aku menggelengkan kepala, menatap Gia sendu.

" Gue... cuma sedikit pusing aja Gi, mungkin efek begadang kali ya seminggu terakhir ini " kilah ku

Gia sempat menatap ku menelisik sebelum akhirnya menghembuskan nafas kasar.

" Yaa makanya kan dari kemarin kemarin gue udah bilang jangan kebanyakan belajar "

Aku terkekeh, " Loh!? Belajar nya yang disalahin, dasar "

" Ah lo kan emang kedemenan banget belajar, sampe rela relain begadang, iya kan?" Sangkal nya, memang ya Gia dan kata belajar itu sulit disatukan.

" Ya namanya berjuang untuk menggapai cita cita Giaaa" kata ku

" Iya deh iyaa... by the way pulang sekolah mau coba seblak mercon yang baru buka di depan sekolah gak?"

" Hmm boleh boleh, yuk!! "

__________

Aku berjalan perlahan memasuki aula, yang setelah aku masuk sudah berkumpul murid murid yang menjadi kandidat calon perwakilan olimpiade untuk mewakili sekolah kami.

Aku memilih kursi paling pinggir, memungkinkan tidak banyak orang yang akan memperhatikan ku jika posisi ku seperti ini. Rayyan menjadi peserta terakhir yang memasuki aula, wajah nya sangat kusut sekali.

Apa dia habis begadang?

Tapi semesteran di sekolah kami sudah lewat, lantas kenapa dia masih begadang? Atau dia memiliki permasalahan yang lain?

Speaking of permasalahan yang melibatkan Rayyan, sampai saat ini pun aku belum menemukan waktu yang tepat untuk membicarakannya dengan Rayyan maupun seseorang yang akan diperbincangkan karena sudah beberapa hari ke belakang aku sangat jarang melihat Rafka berkeliaran di sekolah.

A Million Feeling (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang