Bab 10

10 3 0
                                    

Saat di sekolah, masing masing dari kalian pasti punya mata pelajaran favorit nya masing masing dan ketika hari mata pelajaran favorit tiba, kita menjalani hari pun terasa menjadi lebih menyenangkan, sampai merasa bahwa waktu sangat cepat berlalu.

Tapii berbanding terbalik kalau hari mata pelajaran yang gak kita sukai tiba, saat ada mata pelajaran favorit, pasti ada deh mata pelajaran yang tidak favorit, saat hari itu tiba, kita merasa bahwa waktu berjalan sangat lambat, pengin nya waktu berjalan dengan cepat biar pelajaran nya cepat selesai.

Kini mata ku tak henti melirik ke arah benda mungil yang melingkar di pergelangan kiri ku, berkali kali aku mengecek jam, berharap durasi mata pelajaran ini segera berakhir, selain gak suka pelajaran nya, aku juga agak gak enak badan, aku ingin cepat cepat selesaiiii..

" Ya, sekarang Tatyana Karamel " begitulah nama ku dipanggil.

Pak Yoseph, guru mata pelajaran Olahraga saat ini memanggil absen siswa satu satu untuk maju ke depan lalu mengikuti instruksi nya. Olahraga pagi ini sangat melelahkan. sinar matahari sangat terik sekali.

" Pak, saya boleh izin gak ikut gak pak? saya lagi kurang sehat pak " izinku.

Teman teman sekelasku langsung melirik dan menatap ke arahku, Gia di sampingku bergeser lebih dekat kearahku, tangan nya meraba kening ku, kini keningnya yang mengerut,

" Gak panas kok, lo sengaja ya? " bisiknya sangat pelan

Aku memelototinya, Gia nih gak bisa diajak kompromi.

" Yaudah Karamel, kalau lagi kurang sehat, kamu ke UKS aja" kata Pak Yoseph, memberi izin.

Dalam hati aku bersyukur, sebenernya gini, bukannya aku sengaja yaa, tapi seriusan deh ini, aku tuh agak pusing gituu.. daripada aku malah menyusahkan mereka nanti kan? nah lebih baik aku lebih dulu ke UKS kan? benar kan aku?

Gia masih menatap ku sinis sepanjang aku berjalan keluar dari area lapangan menuju UKS. aku tertawa dalam hati.

----

Sesampainya di UKS aku mendapati tidak ada orang disana, aku berjalan ke ranjang paling ujung dan menutup tirai putih. Baru saja aku memejamkan mata ku, berniat ingin istirahat sebentar, suara grasak grusuk di balik tirai mengusik ku. Akhirnya aku duduk kembali, dan sekarang bingung mau ngapain, alhasil aku hanya bisa memainkan ponsel ku sambil sedikit mencuri dengar percakapan dibalik tirai ini.

" Anjing emang tuh guru, seenaknya aja nonjok murid, kenapa gak lo bales aja sih tadi?"

" Males "

" Kemalesan lo berujung muka lo jadi babak belur begitu. Lo harus tuntut, guru kayak gitu tuh gak bener "

" Emang kelakuan kita bener? " suara nya terdengar familiar ditelingaku, apa cuma perasaan aku aja?

Hening, suara suara itu hilang digantikan suara berisik yang berasal dari laci yang dibuka tutup, mungkin sedang mencari cari obat.

Srettt...

" Oh ada orang?"

Itu pertanyaan kah? tapi dia sendiri sudah terlanjur melihat ku saat tirai itu dia buka barusan, jadi aku gak perlu menjawabnya lagi kan? Saat menatapnya, langsung saja mata ku fokus memperhatikan wajahnya itu, terdapat beberapa luka di wajahnya , tapi ia sama sekali tidak menampilkan raut kesakitan, aku saja sampai meringis ngilu melihatnya.

" Lo lagi sakit? "

Dia nanya aku?

"Eh? Hm i-iya "

Kenapa aku gugup begini?

" Gak parah kan? "

Maksudnya?

A Million Feeling (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang