Suasana jam kosong hari ini menambah keramaian kelas, guru guru sedang ada rapat, jadi semua kelas berisik karena senang dengan adanya jam kosong.
Terutama kelas kami yang seharusnya sedang melaksanakan praktikum di laboratorium. Aku duduk di dekat jendela dan melihat seisi kelas ku yang ramai dan berisik.
Sekumpulan anak anak cowok berjejer di belakang kelas, sembari kompak menatap layar ponsel, sepertinya mereka sedang bermain game online. Sebagian murid lagi berada di pojok kelas, diketuai oleh Aaron memimpin bermain gitar dengan suara yang asal bunyi seadanya, tidak peduli lagi nada dan irama lagu nya.
Ada lagi di bangku agak ke depan, beberapa anak yang fokus membaca buku, dan sebagian lagi di depan pintu sedang asik membuat konten yang joget joget membuatku menggelengkan kepala.
Aku lalu berjalan keluar kelas, hendak membuang sampah lalu berakhir berdiri di pinggir balkon koridor dan melihat ke arah lapangan, tampak banyak siswa yang ternyata keluar kelas saat jam kosong sekarang dan bermain di lapangan.
Ya. ada dia.
Aku melihatnya, dia menjadi pusat perhatian karena bermain bola basket dengan seragam yang sudah basah oleh keringat, apa dia gak takut di omelin guru ya nanti? ck, bahkan main hujan hujanan dan di tegur bu Yunita saja dia gak kapok kan?
Asik mentertawakannya dalam hati, mata tajam nya kini tak sengaja melihat ke atas, mungkin sadar ada yang memperhatikan nya. Lalu sampai dengan mata nya bertemu dengan mata ku, ia sempat terkejut lalu mengulas senyum tipis di bibirnya dan melambaikan kedua tangan diatas kepala, membuatnya menjadi pusat perhatian teman temannya yang sedang bermain basket diikuti siswa siswa di lapangan lain juga turut memperhatikannya, oh damn, bukan hanya dia, tapi ke arah ku juga.
" DEMI APA ITU RAYYAN DADAH DADAH KE ELO RA? " Gia yang tiba tiba ada disampingku menjerit membuat aku sampai berjingkat kaget
"I-ITU RAYYAN SERIUS DADAH DADAH KE ATAS? "
" HEY ITU RAYYAN MATA NYA KE ARAH KELAS KITA? LIHAT DEHHH"
" EH RAYYAN DADAH KESIAPA ITU? "
"GILA RAYYAN, SIAPA SIH SIAPA YANG DI SENYUMIN DIA? BERUNTUNG BANGET WOI"
Beberapa pekikan heboh dari cewek cewek membuatku panik, astagaa Rayyan, ngapain sih dia?
" RAA... ITU BUAT LO KAN?" Gia disampingku masih terus mendesak untuk menjawab
" Bu-bukan kalii, masa iya buat gue, ngaco lo Gi" jawabku panik
" Ngaco apaan sih, itu liat !! Masih kearah sini loh... Bales dong Ra, kasihan tuh dia kecewa gitu tampangnya "
Ya, aku melihatnya, masih melambaikan tangan nya, kini beberapa cewek jadi fokus melihat ku, dengan berbagai macam ekspresi di wajah, seperti hendak memastikan sesuatu. Aku mengikuti instruksi Gia, melambaikan tangan ku kearah nya semata mata hanya untuk menghargai nya, Gia dan cewek cewek kembali berteriak heboh saat Rayyan semakin cepat menggoyang goyangkan tangannya sambil tertawa kearah ku.
" Ra, gue merasa dikhianati sama lo Ra, ternyata lo sejahat itu Ra sama gue " gumam Gia lirih
Aku menoleh cepat ke arah Gia, terkejut.
" Maksudnya? "
" Ya ituu kulit kuaciiii... kenapa lo gak cerita cerita ke gue kalau lo udah kenal sama Rayyan"
Ekspresi Gia membuatku takut, apa Gia---
"OMAYGAT TEMEN GUE AKHIRNYA GAK JOMBLO LAGI" Teriakan Gia tiba tiba sambil memegang kedua bahu ku lalu meloncat loncat membuatku bingung, dan semakin menarik perhatian orang orang, ini anak kenapa sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Feeling (COMPLETED)
Ficção Adolescente((ON GOING)) ((Warning 16+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa karen...