Warning 17+
———————Langit cerah sekali hari ini, mengiringi langkah-langkah ku pergi ke kediaman kekasihku, Rayyan. Hari ini aku membantu packing barang-barang Rayyan yang akan ia bawa untuk berangkat ke Kompetisi Sains besok di Bali. Mama nya, tante Faradita menemani Ayahnya di rumah sakit.
Semalam saat sleepcall Rayyan menuturkan keinginan nya untuk menghabiskan sabtu ini bersama ku, dan aku mengajukan diri untuk membantu membereskan barang nya untuk tiga hari kedepan.
" Baju nya udah pas ya, tapi ini aku tambahin satu lagi. Jaga-jaga siapa tau kamu mau berenang di pantai." Ujar ku melipat baju Rayyan dan memasukkan nya ke dalam koper.
Rayyah tertawa geli dari posisi berbaring nya di ranjang. Ku rasakan ranjang berderit saat Rayyan bergerak dan menumpukkan dagu nya di bahu ku yang saat ini duduk melantai dibawah sementara ia telungkup di ranjang.
" Aku kesana bukan mau berenang Mel." Jawab nya
Aku mengedikkan bahu," Ya siapa tau kamu mau refreshing sehabis pusing kompetisi." Kilah ku memiringkan wajah ku menghadap Rayyan yang langsung mengecup bibir ku cepat.
" Dari sekolah sih iya dikasih waktu beberapa jam sebelum balik buat jalan-jalan. Tapi aku nggak ambil Mel, sehabis acara selesai aku langsung pulang sendiri." Tutur nya membuat ku mengerutkan kening.
" Ihh sayang banget langsung pulang gitu." Protes ku
" Aku lebih sayang sama kamu sih, makanya cepet pulang biar—ADUH SAKIT SAYANG." Cubitan ku di tangannya membuat Rayyan mengaduh. Rasain, resek dasar gombal.
" Gitu cuma tiga hari aja kamu bilang mau cepet pulang. Terus, kalau kamu jadi ke Jerman gimana? Seminggu sekali gitu pulangnya?" Desis ku kesal
Tak ku dengar sahutan dari Rayyan setelahnya membuat ku merasa bersalah karena sudah membahasnya. Sejak obrolan kemarin di cafe mas Rion, sikap Rayyan berubah menjadi agak pendiam.
Menghela nafas panjang, ku putuskan untuk menutup koper dan memastikan tidak ada yang tertinggal, lalu berjalan dan menaruh nya di pojok ruangan. Mata Rayyan mengamati kegiatan ku yang sibuk kesana kemari menata kembali ke dalam lemari pakaian.
Aku berjinjit saat ingin menaruh topi di lemari atas sebelum ku rasakan satu tangan Rayyan memegangi pinggang ku dan yang satu nya mengambil alih topi di tangan ku lalu menaruhnya di lemari.
" Are we gonna be alright Sayang?" Tanya nya memelukku dari belakang.
" Gak tau Ray, itu harusnya jadi pertanyaan aku kan? Kalau aku bilang kamu jangan pergi, apa kamu akan tetap pergi?" Tanya ku lirih memainkan jemari Rayyan yang melingkar di perut ku.
" I-i don't—"
" Then don't asking Ray." Potong ku melepaskan lilitan tangan Rayyan dan memutar tubuh ku menghadapnya.
Rayyan menangkupkan wajah ku dengan kedua tangannya, mengelus pipi ku halus.
" I will never let you go Mel, i love you." ucap nya serius yang terdengar seperti sebuah janji sebelum bibirnya menyapu bibir ku lembut dan hangat.
Rayyan mendorong ku hingga aku terkurung antara tubuhnya dan lemari dibelakangku, Rayyan melumat bibir ku atas dan bawah dengan satu tangannya mengaitkan kedua tangan ku di atas kepala sebelum mendorong wajah nya lebih dalam mencium ku.
Air mata ku menetes bergabung dalam ciuman ini. Berusaha menikmati setiap kelembutan saat Rayyan menyentuh ku dan menyimpannya rapat di hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Feeling (COMPLETED)
Ficção Adolescente((ON GOING)) ((Warning 16+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa karen...