Lapangan hari ini sangat penuh akan siswa siswi yang mengikuti class meeting, mengingat akhir semester sudah selesai. Aku dipaksa Gia untuk menonton diantara puluhan murid murid yang berdesakan memenuhi lapangan basket, futsal dan bulu tangkis.Tribun basket lah yang menjadi pilihan Gia untuk mengajak ku. Kami duduk di tribun tengah dan kursi paling pinggir. Rayyan dan teman satu band nya turut memeriahkan class meeting kali ini. Sorakan dari murid murid perempuan tak terelakkan, memangnya mereka gak tau ya pacar nya Rayyan ada disini?
Eh, apa hitungannya aku masih pacar nya Rayyan? Disamping itu aku masih bingung bagaimana sebenarnya perasaan ku saat ini. Kecewa dan kesal disaat yang bersamaan.
Belum lagi aku masih kepikiran dengan yang terjadi antara aku dan bunda yang sampai saat ini bunda masih mogok berbicara dengan ku. Hanya lewat perantara ayah dan mas Rion aku mengetahui bahwa bunda menyuruh ku ini dan itu di rumah.
" Masih sedih Ra?" Tanya Gia menegur ku yang malah menatap kosong ke arah lapangan.
Aku menggangguk, " Iyaa Gi, bunda masih gak mau ngomong sama gue, gue gagal Gi." Lirih ku, bingung menanggapi semua yang terjadi akhir akhir ini.
" Heiii... lo gak boleh ngomong gitu, lo gak gagal Ra, emang masih banyak hal di dunia ini yang gak bisa lo pegang semua sekaligus. "
" Bukan karena kali ini lo gak lolos, lo menjadi orang yang gagal, nggak gitu Ra cara main nya" ucap Gia sedikit menaikkan nada suara nya mengingat kami sedang berada di luar ruangan dan penuh kebisingan.
" Gue harus gimana Gi? " tanya ku putus asa
Rayyan di tengah lapangan sana berhasil mencetak point, membuat suasana makin riuh meneriakkan namanya.
Rayyan... laki - laki itu memang luar biasa.
" Eh, jadi lo udah baikan sama Rayyan?" Tanya Gia berteriak menjawab ku dengan pertanyaan.
Aku menggelengkan kepala, " Nggak tau Gi "
Gia mengernyit, " Lahhh dia masih gantung lo?"
" Entah gimana juga sebutannya cuma belum ada pembahasan kesana "
Gia berdecak,
" Ribet banget deh, belum lagi soal kebohongan dia sama Rafka yang ngumpetin identitas mereka kan ya?"
" Itu bukan kebohongan Gi " bela ku
" Tapi Ra... jujur gue masih agak shock banget loh"
" Kek lo pernah terlintas gak sih di pikiran lo... seorang Rayyan yang jadi idaman murid murid sampe kebanggan guru guru ternyata punya saudara yang berbanding terbalik jungkir balik banget kepribadiannya sama dia "
" Ya kan gak semua orang harus sama Gi " bela ku lagi
" Ya iyaa.. maksud gue mereka kan adik kakak, satu pengasuhan orang tua lah istilahnya, nah masa iya sih gak ada mirip mirip nya, kecuali ya kalau mereka saudara tiri baru mungkin "
Perkataan Gia membuatku menegang. Kenapa aku gak pernah kepikiran?
" Eh... kenapa? Ra... sumpah lo gak tau mereka kandung atau tiri??"
Aku menatap Gia, menggelengkan kepala.
" Wah kacauuu... "
Aku memegang kepala ku dan menunduk,
" Gak tau Gi gue pusing banget "
" Ah iya iya... sorry deh Ra... Mmm anggep aja gue cuma asal ngomong aja, kan emang belum tentu bener juga kan? " ucap nya menenangkan
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Feeling (COMPLETED)
Fiksi Remaja((ON GOING)) ((Warning 16+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa karen...